koranindopos.com – Jakarta. Memasuki usia ke-41 tahun, Rumah Sakit Abdi Waluyo (RSAW) menegaskan kembali komitmennya sebagai institusi pelayanan kesehatan yang dibangun dengan semangat pengabdian dan integritas tinggi. Sejak berdiri pada tahun 1984, RSAW hadir sebagai rumah sakit independen yang didirikan oleh sekelompok dokter dengan idealisme kuat: melayani masyarakat tanpa intervensi pihak luar.
“Saya bangun rumah sakit ini untuk masyarakat,” ujar dr. Sutrisno T. Subagyo, Sp.PD-JP, pendiri utama RSAW. Semangat itu pula yang menjadi pijakan dalam perjalanan RSAW hingga kini. Meski mengalami banyak tantangan di awal berdirinya, dr. Sutrisno bersama dua putranya—dr. Prasetyo Andriono, Sp.JP dan dr. Sigit Pramono, FRANZCOG, Sp.OG—dan dukungan lebih dari 400 staf serta tenaga medis, berhasil mengembangkan RSAW menjadi rumah sakit rujukan dengan reputasi unggul.
Perjalanan RSAW tak selalu mudah. Salah satu kenangan yang dikenang Prof. Dr. dr. Salim Harris, Sp.S(K), FICA, adalah masa-masa awal ketika pasien yang datang masih bisa dihitung dengan jari. Namun keyakinan dan ketekunan para dokter membuat RSAW terus berkembang hingga dikenal luas seperti saat ini.
Teknologi menjadi salah satu kekuatan utama RSAW. Rumah sakit ini menjadi pelopor dalam penerapan teknologi medis terkini, mulai dari MRI 3 Tesla, Photon Counting CT Scan, hingga teknologi terapi minimal invasif seperti Focused Ultrasound Ablation (HIFU) untuk pengobatan non-bedah mioma uteri dan adenomiosis. Lebih dari 200 pasien telah merasakan manfaat terapi ini, dengan hasil mengecilnya mioma/adenomiosis hingga lebih dari 78% tanpa pembedahan.
Di bidang urologi, RSAW menjadi Rezum Center of Excellence pertama di Indonesia, memberikan terapi inovatif untuk pembesaran prostat jinak (BPH). Terapi ini memungkinkan pasien sembuh tanpa operasi besar, tanpa obat seumur hidup, dan tanpa mengganggu fungsi seksual. Hingga kini, lebih dari 50 pasien telah menjalani prosedur ini dengan hasil yang sangat memuaskan.
Tak hanya soal teknologi dan medis, RSAW juga membangun relasi yang hangat dan kekeluargaan antara tenaga medis, staf, dan pasien. Hal inilah yang menjadikan banyak pasien loyal RSAW datang lintas generasi. “Kami ingin pasien merasa nyaman dan memiliki hubungan jangka panjang yang tulus dengan rumah sakit,” ungkap Margareta, salah satu perawat RSAW.
Memasuki usia ke-41, RSAW semakin optimis menatap masa depan. dr. Prasetyo Andriono, Sp.JP, selaku Direktur RSAW menuturkan, “Kami akan terus memperkuat layanan medis dengan dukungan teknologi terbaru, termasuk penerapan AI dan pengembangan sistem pencitraan medis. RSAW akan tetap menjadi rumah sakit yang memadukan kompetensi sumber daya manusia dengan teknologi mutakhir demi layanan berkualitas bagi masyarakat.”
Sebagai penutup, dr. Sigit Pramono, FRANZCOG, Sp.OG menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam perjalanan RSAW. “Perjalanan ini belum selesai. Kami akan terus berinovasi, beradaptasi, dan melayani dengan sepenuh hati untuk masyarakat Indonesia. Inilah warisan yang ingin kami jaga rumah sakit yang dibangun dari hati, untuk negeri.” (sh)