koranindopos.com – Jakarta. Studi terbaru Kaspersky, bekerja sama dengan Associate Professor Jiow Hee Jhee dari Singapore Institute of Technology, menyajikan pemahaman tentang pendorong motivasi yang memengaruhi perilaku individu terhadap isu keamanan siber. Survei ini dilakukan terhadap para pendidik di India, Singapura, dan Filipina.
Didorong oleh motivasi untuk membangun masyarakat global yang kebal terhadap siber dan umemberikan edukasi keamanan siber bagi generasi berikutnya, studi ini menguraikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti mengenai praktik keamanan siber yang dapat diadopsi oleh para pendidik di Asia.
Di ketiga area yang diteliti, penilaian penanggulangan adalah faktor penentu terkuat motivasi responden untuk terhubung ke Wi-Fi yang aman, membuka tautan yang tidak dikenal, dan menggunakan kata sandi yang kuat. Penilaian penanggulangan (coping appraisal) mengacu pada penilaian seseorang terhadap ketepatan respons perilaku terhadap suatu ancaman, tingkat kesulitan dalam melakukan respons, dan biaya yang untuk merealisasikan respon tersebut.
Intinya, penelitian ini mengungkapkan bahwa responden yang memiliki pemahaman signifikan tentang dampak negatif dari praktik kebersihan siber yang buruk cenderung lebih mengadopsi perilaku online yang positif. Hal ini menggarisbawahi bahwa motivasi terkuat untuk mempraktikkan keamanan siber didasarkan pada kemampuan individu memitigasi atau mencegah ancaman dan kemampuan pribadi mereka dalam menerapkan respons yang direkomendasikan. Menariknya, usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan tidak berdampak pada hasil penelitian ini.
Penilaian penanggulangan, atau respons adaptif, mencakup pertimbangan individu tentang bagaimana perilaku yang direkomendasikan dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan bahaya (efikasi respons) dan apakah orang tersebut dapat berhasil mencapai respons protektif yang direkomendasikan (efikasi diri).
Contoh persepsi efikasi respons adalah keyakinan bahwa penggunaan jaringan Wi-Fi yang aman akan menghentikan intrusi dunia maya ke perangkat digital seseorang.
Sedangkan untuk efikasi diri, contohnya adalah kemampuan menangani email yang mencurigakan, apakah seseorang akan membuka link atau lampiran yang tidak dikenal. Ditemukan juga bahwa ketika seseorang memahami bahwa penjahat siber dapat melakukan operasi berbahaya pada perangkat mereka, kemungkinan besar mereka akan terhubung ke jaringan Wi-Fi yang aman.
Empat dari lima responden menyatakan bahwa mereka akan terhubung ke jaringan yang aman ketika mereka menyadari konsekuensi negatif dari penggunaan koneksi Wi-Fi yang tidak aman. 75% percaya bahwa mereka dapat mencegah intrusi dunia maya jika menggunakan koneksi Wi-Fi yang aman.
Mayoritas responden (90%) setuju bahwa mereka dapat memasukkan malware ke dalam perangkat digital mereka jika membuka tautan atau lampiran dari sumber yang tidak dikenal. Sebagai tindakan pencegahan, 85% menyatakan bahwa mereka dapat mencegah intrusi dunia maya ke perangkat digital dengan tidak membuka tautan atau lampiran dari sumber yang mencurigakan.
Sehubungan dengan penggunaan kata sandi yang kuat, salah satu praktik terbaik kebersihan dunia maya yang paling umum, 6 dari 10 akan menggunakan kata sandi yang rumit jika mereka mendapatkan instruksi tentang cara membuatnya mudah diingat.
“Studi kami menunjukkan bahwa penting bagi pengguna dunia maya untuk dididik mengenai tingkat keparahan konsekuensi serta kerentanan apabila menjadi korban. Lebih penting lagi, kita harus mampu mendorong dan mendukung pengguna agar mereka dapat mengelola (dan mengatasi) langkah-langkah perlindungan, sehingga dapat menumbuhkan ketahanan dunia maya dalam diri,” komentar Associate Professor Jiow Hee Jhee dari Singapore Institute of Technology.
Berdasarkan pola perilaku online yang erat kaitannya dengan keselamatan dan keamanan, dapat disimpulkan bahwa pesan positif dapat mempengaruhi perubahan perilaku secara signifikan, dilengkapi dengan pemahaman tentang ancaman siber
- Menyusun dan merancang pesan-pesan keamanan siber yang dimaksudkan untuk mengubah perilaku harus menyoroti apa yang dapat dilakukan – dan bahwa seseorang dapat melakukannya dengan percaya diri – untuk mengatasi masalah dan ancaman keamanan siber. Tindakan-tindakan yang direkomendasikan harus menekankan seberapa efektif hal tersebut dalam mencegah atau memitigasi ancaman-ancaman ini. Pesan-pesan yang memberdayakan harus menonjol dan dapat diterima.
- Mempelajari ancaman dunia maya dan konsekuensinya memungkinkan mereka mengambil keputusan yang tepat. Namun, ketika membuat pesan persuasif dalam konteks ini, fokuslah pada bagaimana mereka dapat mencegah, merespons, dan mengatasi ancaman-ancaman tersebut dibandingkan menimbulkan rasa takut.
- Untuk mengubah sikap yang sudah ada, mereka perlu memanfaatkan kecenderungan mereka untuk melindungi diri dari bahaya. Dalam penelitian ini, melindungi berarti memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan pencegahan yang dinilai efektif.
Learning cybersecurity: What motivates individuals to practice online safety adalah studi yang ditulis oleh Kaspersky dan Associate Professor Jiow Hee Jhee yang bertujuan untuk menguji pendorong motivasi yang mempengaruhi perilaku individu secara online menggunakan Teori Motivasi Perlindungan (PMT).
PMT merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu terhadap suatu potensi ancaman. Model ini menjelaskan mengapa orang mengadopsi atau menolak perilaku yang disarankan setelah melakukan penilaian menyeluruh terhadap ancaman, risiko, kerentanan, dan/atau kemampuan mereka untuk melakukan perilaku protektif dan biaya yang harus ditanggung. Dengan mengadopsi PMT, studi ini berupaya memahami pendorong motivasi yang memengaruhi perilaku terhadap masalah keamanan siber tertentu, khususnya saat terhubung ke koneksi internet yang aman, menangani tautan dan lampiran yang mencurigakan, dan menggunakan kata sandi yang kuat.
“Temuan ini menggarisbawahi pentingnya memahami adanya konsekuensi negatif dari perilaku online yang tidak aman dan bagaimana hal tersebut berdampak pada praktik keamanan siber di masa depan. Ketika digitalisasi semakin cepat dan mengubah masa depan, aktivitas dan keputusan kita secara online akan berdampak drastis pada kehidupan kita. Pendidikan keamanan siber tetap relevan dan menjadi prioritas utama,” kata Evgeniya Russkikh, Kepala Pendidikan Keamanan Siber di Kaspersky.
Selain itu, penelitian ini menarik perhatian kami terhadap pentingnya memberikan lebih banyak pelatihan keamanan siber kepada para guru karena mereka memainkan peran penting dalam mentransfer keterampilan kebersihan siber ke generasi berikutnya,” tambahnya.
Untuk menjaga diri Anda tetap aman saat online, pastikan kebersihan dunia maya yang baik:
- Kembangkan rutinitas dan kebiasaan yang teratur. Pastikan Anda mempraktikkan kebersihan dunia maya dengan membangun rutinitas. Atur pengingat untuk pembersihan rutin seperti memperbarui perangkat dan perangkat lunak Anda, memindai virus, dan memperbarui kata sandi Anda.
- Pertimbangkan untuk menggunakan alat yang tepat untuk melindungi diri. Solusi keamanan siber atau solusi VPN yang komprehensif dapat melindungi Anda dari beberapa jenis serangan siber.
- Berpikirlah sebelum Anda melakukannya. Ingatlah bahwa apa yang kita lakukan dan posting secara online sering kali tidak dapat diubah.
Baca studi selengkapnya dengan mengunjungi: https://media.kasperskydaily.com/wp-content/uploads/sites/36/2024/04/03134640/White-Paper_Kaspersky-Academy_Learning-Cybersecurity_Final.pdf