Koranindops.com – Jakarta. Ditengah stigma di masyarakat yang mengatakan bahwa polisi itu hidupnya mewah, polisi itu hedonisme, polisi itu orang yang profesinya luar biasa. Ada satu nama yang mematahkan stigma tersebut.
Ia adalah Brigjen Pol Yehu Wangsajaya, beliau merupakan perwira tinggi dari lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) pada tahun 1989. Yehu Wangsajaya juga menjadi salah satu perwira tinggi Polri yang banyak berkontribusi dalam perkembangan teknologi Polri.
Menariknya, meski sudah bintang satu, kehidupan Yehu terbilang sederhana. Untuk berangkat kekantor saja, beliau masih menggunakan angkutan umum. Hal itu ia lakukan karena niat awal dirinya masuk Polri.
Kebiasaannya menggunakan transportasi umum ini merupakan kebiasaan yang telah dilakukannya sejak menempuh pendidikan di Jepang dan Amerika. Beliau mengungkapkan jika angkutan umum lebih mudah, cepat, dan tidak macet.
“Sebenarnya cita-cita saya bukan jadi polisi, karena waktu itu ditilang saya bilang tilang aja, malah motor saya yang dibawa,” ceritanya dipodcast Forum Keadilan TV.
Sejak peristiwa itu, dirinya mencari tahu bagaimana menjadi seorang ABRI agar polisi takut kepadanya. Namun dalam perjalanannya ia tidak lolos masuk ABRI, alhasil ia memilih masuk Polri dan lolos.
“Waktu keingin saya jadi ABRI atau Polri ga kepikirkan ingin kaya raya, saya jalanin aja, saya harus benahi supaya org ga jadi korban akhirnya ga suka sama polisi,” katanya.
Karirnya di Polri sangat cemerlang, dirinya bahkan pernah bergabung dalam tim dan berkontribusi membangun dan mengaplikasikan Komputerisasi sebagai Ujian Teori SIM untuk pertama kalinya di Indonesia. Ia juga pernah menerapkan Aplikasi Riwayat Hidup Personil Polri (RHPP) Mabes Polri untuk pertama kalinya di Indonesia.
Berbagai prestasi dan inovasi untuk memajukan Polri telah ia capai. Maka tak heran ia mendapatkan jabatan sebagai Kepala Sekretariat Kompolnas dan sekarang berperan sebagai Analisa Kebijakan Utama Manajemen Operasional ITWASUM Polri. Tak hanya itu, ia juga berhasil mendapatkan apresiasi sebagai Anggota Kehormatan pada Ikatan Ahli Informatika Indonesia dari Universitas Budi Luhur.
Berbagai komentar itu antara lain menyebut sang Brigjen adalah mutiara terpendam di institusi Polri, jenderal dengan visi misi yang menakjubkan, sosok yang tegad dan humanis hingga oase di padang pasir. Ketika publik ramai disuguhkan gaya hedonisme para petinggi polri, sosok jenderal bintang satu ini menampilkan suatu yang kontradiktif karena dirinya yang jauh akan kemewahan.
Meski sudah menjalankan apa yang seharusnya dilakukan oleh Polisi, dirinya masih merasa gagal, lantara masih adanya oknum Polisi yang nakal.
“Makanya sampai detik ini saya masih merasa gagal karena masih ada polisi yang pungli,” tandasnya.