koranindopos.com – Jakarta. Tata krama dalam bermedia sosial adalah hal yang mutlak diperlukan oleh para orangtua untuk membangun generasi penerus yang bijak berdigital. Terlebih lagi masyarakat Indonesia menjunjung adat ketimuran yang mengedepankan adab.
“Jangan mengeluarkan kata-kata caci maki, terlebih di depan anak-anak kita, karena kita yang menentukan akan membangun generasi penerus yang seperti apa,” tutur Melaney Ricardo pada sesi Obral-Obrol Literasi Digital (OOTD) yang merupakan bagian dari acara Peluncuran Kegiatan Literasi Digital kepada Keluarga Besar TNI (KBT) di Menara Danareksa. Kamis (19/10/2023).
Melaney melanjukan, ada dua hal yang patut diperhatikan terkait sharing di media sosial. Terdapat sharing yang tujuannya untuk menginspirasi, namun ada pula yang penyampaiannya kurang tepat sehingga cenderung masuk kategori flexing.
“Ketika kita mempertontonkan kesuksesan kita, pertama-tama harus bertanya pada diri sendiri apa tujuannya, kalau memang berniat menginspirasi, cara menyampaikannya juga harus tepat,” imbuhnya.
Dengan segala kemudahan, sekarang sudah bisa membuat konten melalui smartphone. Kemudahan itu, tambah Melani, merupakan pisau bernata dunia yang jika tidak digunakan dengan tepat dapat membawa malapetaka dan akibat-akibat lain yang tidak diinginkan.
“Pikirkan berkali-kali untuk memfilter konten yang sudah dibuat. Apakah hal itu nantinya akan membawa impact yang baik atau tidak. Jika tidak, mendingan tidak usah di-share,” pungkasnya.
Nicholas Saputra turut menyuarakan mengenai pentingnya menyadari bahwa dunia digital adalah dunia yang dimiliki oleh semua orang, sehingga patut berhati-hati dan mengontrol diri.
“Weapon of mass destruction itu bisa terjadi lewat smartphone atau digital, ini jadi perhatian penting karena telah menjadi bagian hidup kita,” tutur Nicholas.
Nicholas melanjutkan, seiring dengan bergesernya budaya berinteraksi, manusia juga menjadi lebih sering mengoperasikan gawai dalam sehari-harinya. bijak bermedia sosial juga menyangkut bagaimana kita mengoperasikannya.
Yosi Mokalu yang turut menjadi pembicara pada hari kedua sependapat dengan para pembicara di hari yang sama. Menurut Yosi, media sosial juga memiliki do’s and dont’s yang wajib diperhatikan penggunanya. Jika ingin dihormati, baiknya menghormati orang lain, pun jika tidak ingin mendapatkan komen negatif, harus menghindari melakukan hate speech kepada pengguna lain.
“Dulu lingkup komunikasi dan interaksi hanya dari Sabang sampai Merauke, sekarang seperti ada warga negara digital Indonesia. Sehingga tidak cukup hanya tahu nilai tanpa menerapkan etika. Penerapan etika menjadi sulit karena kita mudah terhubung, tapi tidak mudah menjadi dekat. Dekat itu harus ada rasa, tapi dengan tidak pernah bertemu, kita tidak bisa menyebut kita dekat dengan orang lain,” jelasnya.
Yosi turut menyinggung mengenai fenomena akun ganda yang saat ini marak dimiliki oleh netizen. Beberapa hal yang terjadi adalah akun-akun semacam itu lantang menyuarakan hate speech kepada pengguna lain. Mereka berperilaku demikian karena tidak bertatap muka dan bersembunyi di balik hal yang tidak nyata. Hal sedemikian rupa juga bisa saja melibatkan para anak-anak, oleh sebab itu para orangtua wajib waspada.
“Untuk menjawab don’ts di dunia maya, kembali lagi pada pertanyaan, seberapa bertanggung jawabnya kita dalam mengelola akun di media digital?” pungkas Yosi.
Kegiatan ini turut menghadirkan pembicara-pembicara yang kerap mengisi materi Literasi Digital. Bukan hanya Melanry Ricardo, Nicholas Saputra, dan Yosi Mokalu. Hadir pula Marcella Zalianty, Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho, hingga Fast-checker Specialist Mafindo Aribowo Sasmito.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan literasi digital kepada para anggota KBT yang harapannya akan menjadi lebih paham soal kehidupan di dunia digital dengan menghadirkan empat pilar literasi digital.
Kemenkominfo melalui Tim Literasi Digital sektor Masyarakat Umum menyelenggarakan Peluncuran Kegiatan Literasi Digital kepada KBT selama dua hari berturut-turut dari tanggal 19-20 Oktober 2023. Kegiatan dihadiri oleh anggota Dharma Pertiwi (DP) masing-masing 350 peserta offline setiap harinya. Selain itu, kegiatan peluncuran ini juga mentarget sebanyak 10.000 peserta online dalam pelaksanaannya. (ris)