koranindopos.com – Jakarta. Bisakah AI mengakali manusia? Apakah ChatGPT adalah awal dari Hari Kiamat kita?
Kecerdasan Buatan (AI) telah muncul sebagai alat yang ampuh di bidang keamanan siber dan bidang lainnya. Kehadiran ChatGPT pada bulan November 2022 memicu perdebatan dan perbincangan mengenai AI, karena hal ini menunjukkan efek nyata dari teknologi jaringan saraf ini dan mengungkap potensi AI untuk mengganggu industri secara global.
Untuk menyelami lebih dalam mengenai tumpang tindih antara AI dan masa depan keamanan siber, Kaspersky pada 25 Agustus lalu mengadakan Cyber Security Weekend tahunan Asia Pasifik (APAC). Konferensi yang bertajuk “Deus Ex Machina: Menetapkan Petunjuk Aman untuk Mesin Cerdas” ini bertujuan untuk memetakan peta aman seiring dunia merangkul kekuatan AI.
Perusahaan keamanan siber global ini telah merevolusi banyak hal dengan menemukan cara untuk mengembangkan sistem TI dengan perlindungan “bawaan” atau dikenal sebagai Imunitas Siber.
Salah satu perbincangan seputar ChatGPT adalah bagaimana penjahat dunia maya dapat mengeksploitasinya untuk meningkatkan serangan phishing dan malware. Konsep Imunitas Siber Kaspersky menyiratkan bahwa sebagian besar jenis serangan siber tidak efektif dan tidak dapat memengaruhi fungsi penting sistem dalam skenario penggunaan yang ditentukan pada tahap desain.
“Kaspersky Cyber Immunity adalah pendekatan yang baru-baru ini kami gadangkan di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ini mewujudkan sistem yang aman sesuai desain yang memungkinkan terciptanya solusi yang hampir tidak mungkin untuk dieksploitasi dan meminimalkan jumlah potensi kerentanan. Di zaman di mana teknologi dapat digunakan baik oleh orang baik maupun orang jahat, keamanan siber tradisional tidak lagi cukup. Kita perlu merevolusi pertahanan kita untuk memastikan kita menciptakan dunia digital yang lebih aman,” kata Eugene Kaspersky, CEO Kaspersky.
Kawasan APAC berada di garis depan revolusi AI. Sebuah studi baru yang dilakukan IDC mengungkapkan bahwa belanja AI di negara ini akan meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun – dari $9,8 miliar pada tahun 2023 menjadi $18,6 miliar pada tahun 2026.
Untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketergantungan pada keterampilan teknis, sebagian besar perusahaan lokal di APAC juga akan menerapkan AI di seluruh kategori teknologi bisnis dalam waktu tiga tahun.
Saat ini, ukuran pasar AI di APAC mencapai $22,1 miliar dan diperkirakan akan tumbuh hampir empat kali lipat pada tahun 2028, yaitu sebesar $87,6 miliar.
“Perusahaan menyadari cara memanfaatkan kekuatan AI untuk meningkatkan efisiensi aset mereka, meningkatkan kualitas produk mereka, dan bahkan untuk merampingkan rantai pasokan mereka demi keuntungan yang lebih baik. Laporan IDC menyoroti bahwa Tiongkok, Australia, dan India adalah tiga pemimpin terbesar dalam belanja AI di kawasan ini dan saya yakin akan ada lebih banyak negara yang mengikuti langkah serupa. Hal ini membuat kami siap untuk memetakan roadmap yang aman saat ini terkait penerapan dan adopsi AI di APAC untuk memastikan bahwa kami memanfaatkan keunggulannya tanpa mengorbankan keamanan siber,” tambah Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Kaspersky Cyber Immunity, kunjungi https://os.kaspersky.com/technologies/cyber-immunity/.
Kaspersky akan melanjutkan diskusi tentang masa depan keamanan siber di Kaspersky Security Analyst Summit (SAS) 2023 yang diadakan di Phuket, Thailand, pada tanggal 25 hingga 28 Oktober.
Acara ini menghadirkan peneliti anti-malware berkaliber tinggi, lembaga penegak hukum global, Tim Tanggap Darurat Komputer, dan eksekutif senior dari layanan keuangan, teknologi, layanan kesehatan, akademisi, dan lembaga pemerintah dari seluruh dunia.
Peserta yang tertarik dapat mengetahui lebih banyak di sini: https://thesascon.com/#participation-opportunities (ris)