koranindopos.com – Jakarta. Indonesia telah menempatkan 135.791 pekerja migran Indonesia (PMI) di Korea Selatan (Korsel) sepanjang 1 Januari – 2 Juli 2023. Jumlah itu merupakan total pemberangkatan dari semua program penempatan, baik skema private to private (P to P) dan government to government (G to G). Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pelindung Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Ramdhani saat pemaparan target pencapaian penempatan PMI tahun 2023 di Aula Kantor BP2MI Jakarta, Pancoran, Jakarta Selatan pada Minggu (2/7/2023).
Benny, sapaan Benny Ramdhani mengatakan penempatan terbaru dilakukan pada Minggu (2/7/2023). Sebanyak 152 calon PMI diberangkatkan ke Korea Selatan melalui skema G to G. Mereka akan bekerja di sektor manufaktur dan perikanan. ”Per hari ini (Minggu (2/7/2023), red), sejak 1 Januari – 2 juli 2023, untuk Korea sudah kita tempatkan 6.759 pekerja migran Indonesia untuk skema G to G. Ini trend-nya positif,” ujar Benny.
Benny melanjutkan, terkait pengumuman kontrak kerja para PMI atau Standard Labour Contract (SLC) sudah keluar untuk 1.734 calon PMI per 20 Juni – 2 Juli. ”Prelimnya akan dilaksanakan. Prelim itu orientasi pra penempatan (OPP). Lima hari di berbagai daerah serentak untuk 1.734 calon pekerja migran untuk korea tanggal 6 – 11 Juli 2023,” papar Benny.
Benny juga telah meminta kepada Korea Selatan agar membuka sektor lain di luar manufaktur dan perikanan. Misalnya perkebunan ataupun pertanian. ”Sudah masuk agenda pembahasan mereka (Korsel, red),” terang Benny.
Selain itu, Benny berharap agar PMI mengubah pola pikir bahwa bekerja di Korsel tidak hanya untuk mendapatkan gaji besar. Tetapi bagaimana transfer knowledge itu dilakukan dengan baik. Sehingga, mereka dapat menyerap perkembangan dan kemajuan teknologi di Korsel dan bisa dibawa ke Indonesia. ”Bisa menjadi modal mereka untuk mengembangkan usaha setelah tidak lagi bekerja di Korea. Pendapatan mereka selama tiga tahun cukup besar dan bisa menjadi modal untuk mengembangkan usaha dan ekonomi mereka,” beber Benny. (why/mmr)