koranindopos.com – Jakarta. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (5/3/2024) mengungkapkan bahwa lebih dari 80 persen warga di Jalur Gaza mengalami kekurangan air bersih dan sanitasi yang aman. Badan tersebut kemudian menyoroti situasi mengerikan yang sedang terjadi di wilayah itu.
Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menyampaikan laporan tim PBB yang menangani kebersihan air dan sanitasi di Gaza, yang melaporkan kondisi yang sangat menantang. Tingginya tingkat pengungsian disebabkan oleh kepadatan yang berlebihan di tempat penampungan.
Dujarric menjelaskan bahwa rata-rata terdapat 340 orang yang harus berbagi satu toilet, sedangkan satu kamar mandi digunakan untuk sekitar 1.300 orang.
Lembaga pendanaan untuk anak-anak (UNICEF) telah melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. UNICEF telah menyediakan bahan bakar untuk mengoperasikan sumur air milik pemerintah dan swasta serta pabrik desalinasi. Selain itu, lebih dari 50 perlengkapan darurat telah dikirimkan untuk lebih dari setengah juta orang, serta perlengkapan bayi yang cukup untuk 8.700 bayi baru lahir.
Dujarric menegaskan seruannya agar berbagai pihak dapat mendukung upaya yang memungkinkan PBB membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Namun, bantuan terhadap warga Gaza terhambat oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kasus Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Beberapa staf dari badan ini dituduh oleh Israel terlibat dalam aksi Hamas pada 7 Oktober lalu. Imbasnya, pendanaan terhadap UNRWA dihentikan oleh beberapa negara donor.
Dalam konferensi pers pada Senin malam, Direktur UNRWA Philiphe Lazzarini mengatakan bahwa dirinya belum diberitahu atau menerima bukti apapun dari tuduhan Israel itu. Lazzarini menambahkan bahwa setiap tahun, UNRWA memberikan daftar stafnya kepada Israel dan Otoritas Palestina, dan tidak pernah menerima kekhawatiran sedikit pun tentang staf yang mereka pekerjakan.
Bantuan juga terhambat masuk ke Gaza akibat serangan Israel yang tak kunjung berhenti. Pertempuran antara Hamas dan Israel masih terus berlangsung.
Sementara itu, jumlah korban jiwa terus bertambah di Gaza. Korban tewas kini hampir mencapai 31 ribu orang, dan 72 ribu lainnya mengalami luka-luka. Warga Gaza, terutama anak-anak dan wanita, mengalami kekurangan gizi. Beberapa bayi juga dilaporkan mengalami malnutrisi akut.
Dalam Sidang Majelis Umum PBB pada Senin, mayoritas negara menyerukan agar bantuan ke wilayah Gaza lebih diintensifkan. World Food Programme (WFP) kini berupaya menjangkau wilayah utara untuk menyalurkan bantuan. Wilayah Gaza utara menjadi yang paling rentan terkena kelaparan akut. WFP menyerukan agar perbatasan di utara bisa dibuka untuk penyaluran bantuan kemanusiaan. (hai)