koranindopos.com. Gula aren telah menjadi pemanis alami yang digunakan dalam berbagai kulinari di Indonesia maupun dunia. Namun, lebih dari sekadar rasa manisnya, gula aren juga menyimpan kekayaan kesehatan dan sarat akan kebudayaan yang mampu menciptakan daya tarik tersendiri bagi penikmatnya bahkan menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan.
LPEI sebagai Lembaga Keuangan milik Pemerintah Republik Indonesia melaksanakan kegiatan pendampingan dan pelatihan kepada para penderes sebagai sebuah langkah konkrit melestarikan komoditas gula aren serta mendorong komoditas tersebut mendunia.
Upaya ini diwujudkan melalui peresmian Desa Devisa Gula Aren Maros berkolaborasi dengan Kemenkeu Satu dan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan, yang diresmikan pada Selasa (30/4) lalu.
Desa Devisa Gula Aren Maros menaungi sekitar 2.220 orang penderes yang berasal dari 80 desa. Sekitar 55% diantaranya adalah perempuan dan 80% penderes diketahui mengalami putus sekolah (SD/SMP).
Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI, Ilham Mustafa mengatakan, Desa Devisa Gula Aren Maros akan membuka kesempatan bagi penderes untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus merawat lingkungan dan ekosistem hutan secara berkelanjutan.
Ilham Mustafa mengatakan saat ini Desa Devisa Maros telah melakukan ekspor ke Belanda dan Korea Selatan dengan kapasitas 18 ton untuk setiap pengiriman. Dengan pendampingan dari LPEI, diharapkan produksi gula aren dari wilayah Maros dan sekitarnya akan meningkat serta memperluas pasar ekspor ke Asia dan Timur Tengah.
“LPEI sebagai perpanjangan tangan pemerintah hadir di sini untuk mendorong peningkatan kompetensi dan kapasitas usaha para penderes hingga akhirnya mereka dapat ekspor secara mandiri dan berkelanjutan,” ujar Ilham.
Dalam pengembangan Desa Devisa Gula Aren Maros, LPEI bekerja sama dengan Golata Healthy Brand, lembaga pendamping yang sekaligus akan memfasilitasi hasil panen para petani dari Desa Devisa Gula Aren Maros menuju pasar global. LPEI akan memberikan serangkaian pelatihan dan pendampingan kepada para penderes dengan melibatkan narasumber yang kompeten di bidangnya.
Program pelatihan dan pendampingan LPEI diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan para penderes baik dari aspek produksi, manajemen maupun tata cara ekspor dan diharapkan dapat meningkat kualitas dan kapasitas produksi secara ramah lingkungan sehingga mampu meningkatkan daya saing produk di pasar global serta menjadi model bagi pengembangan desa berkelanjutan.
“Dalam upaya mendukung keberlanjutan lingkungan Desa Devisa gula aren Maros melibatkan praktik-praktik pertanian organik dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab. Salah satunya adalah pengelolaan limbah hasil produksi gula aren untuk diolah menjadi etanol agar dapat dimanfaatkan kembali, sehingga tercipta ekonomi sirkular dan berkelanjutan,” kata Ilham.
Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Sulawesi bagian Selatan, Djaka Kusmartata mengatakan, “Kami sangat menyambut baik program LPEI untuk mendorong potensi gula aren Maros sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesempatan ini harus dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para petani. Bea Cukai akan terus membantu dari awal hingga akhir agar pendampingan Desa Devisa dari LPEI dapat dimanfaatkan dengan baik,” katanya.(ris)