koranindopos.com – Jakarta. Empat tahun sekali, dunia kripto dihebohkan dengan halving Bitcoin. Setelah halving, seperti di bulan Mei 2020, terjadi peningkatan besar-besaran pada transaksi BTC, yang didorong oleh bertumbuhnya adopsi dan keterlibatan komunitas. Tren ini membawa manfaat bagi keseluruhan lanskap kripto. Halving keempat dan yang terbaru terjadi pada hari Jumat, 19 April 2024, dengan jumlah bitcoin yang dibuat setiap 10 menit sekali turun ke 3,125.
Yang membedakan halving ini adalah meningkatnya keterlibatan institusional sejak 2020, disertai dengan integrasi produk-produk keuangan tradisional seperti ETF. Hal ini, bersama dengan berkurangnya hadiah blok dan makin banyaknya Bitcoin yang dipegang oleh para investor institusional jangka panjang, memicu pembahasan menyangkut guncangan pasokan.
Kita tidak bisa mengetahui segalanya mengenai masa depan kripto. Namun, untuk mendapatkan wawasan lebih luas, kita harus memahami konteksnya. Mari kita bahas penggunaan Bitcoin saat ini dan bagaimana kita bisa sampai di sini.
Evolusi penggunaan kripto
Kripto berawal dengan Bitcoin pada tahun 2009. Saat Bitcoin menjadi makin populer, mata uang lain, seperti Namecoin dan Litecoin di tahun 2011, memasuki pasar, dengan fitur uniknya masing-masing.
Kemajuan besar terjadi pada tahun 2015, ketika Ethereum dan kontrak pintar membuka pintu untuk aplikasi yang terdesentralisasi (dApps) dan tokenisasi aset. Namun, maraknya ICO pada tahun 2017 juga membawa kekhawatiran mengenai penipuan dan regulasi, menyebabkan penurunan yang disebut Crypto Winter pada tahun 2018. Periode ini membawa kita ke penilaian ulang proyek-proyek blockchain, dan menyorot kebutuhan akan aplikasi praktis.
Pada tahun 2020, lanskap berubah dengan pertumbuhan finansial terdesentralisasi (decentralised finance atau DeFi), yang menyediakan layanan keuangan baru tanpa perantara tradisional. Hal ini menyebabkan kemunculan platform-platform seperti MakerDAO, Compound, dan Uniswap.
Pada tahun, terjadi lonjakan token non-fungible (NFT), yang menampilkan potensi blockchain dalam seni, barang koleksi, gaming, dan hiburan. Tren ini mendapat perhatian masyarakat luas. Khususnya, NFT dari Beeple terjual dengan nilai yang memecahkan rekor sebesar $69 juta.
Dengan perubahan ini, lembaga-lembaga seperti PayPal, Visa, dan Tesla makin menyambut terbuka mata uang kripto, dan ini adalah bukti peningkatan minat atas aset digital. Makin banyak perusahaan mulai menerima kripto: Ralph Lauren, Microsoft, dan airBaltci melalui pembayaran online langsung; sementara Adidas, DoorDash, dan Chevron melalui kartu hadiah. Bitrefill bahkan melampaui batas ritel, mencakup kartu kredit, utilitas, pinjaman, layanan kesehatan, hipotek, dan banyak lagi.
Pada tahun 2022, FTX, sebuah bursa kripto utama, bangkrut, menimbulkan keraguan di pasar. Namun, pada tahun 2023 pemulihan kuat terjadi, dengan melonjaknya nilai Bitcoin dan Ethereum, masing-masing lebih dari 160% dan dua kali lipat. Para investor seperti BlackRock dan Fodelity makin mendorong keyakinan, dan UE menyetujui beberapa regulasi kripto.
Trend pembayaran kripto dan integrasi fintech
Beberapa faktor utama membentuk generasi pembayaran baru ini.
1. Modernisasi pembayaran lintas perbatasan
Pembayaran lintas perbatasan tradisional cenderung lambat dan mahal. Para regulator membuka jalan untuk modernisasi, dan PayTech memanfaatkan aset digital, mata uang kripto, dan teknologi buku besar terdistribusi untuk meningkatkan proses kliring dan penyelesaian.
Salah satu sub-trend yang layak dicatat di ruang ini adalah koin stabil. Mata uang kripto yang dipatok pada aset stabil seperti mata uang fiat menjadi makin populer untuk pembayaran lintas perbatasan. Nilai tahunan yang ditransfer di Q1 2024 adalah $6,8 triliun, yang mendekati puncak yang terjadi pada tahun 2022 sekitar $7 triliun.
Proyek-proyek baru bermunculan sepanjang waktu. Di bulan Januari 2024, Mastercard dan Swoo bermitra untuk memberikan cashback kripto guna meningkatkan pembayaran seluler di Eropa Timur. Tujuh belas ribu pengguna menerima hadiah kripto untuk pertama kalinya, menghasilkan peningkatan 56% dalam pembelanjaan dengan kartu kredit—sebuah pendekatan yang dapat menyebar di seluruh dunia.
2. Layanan broker dan integrasi dompet yang ditingkatkan
Para broker dengan senang hati menyambut pengguna baru yang ingin menggunakan metode pembayaran alternatif. Dalam sebuah survei yang diadakan Mastercard beberapa tahun lalu, sejumlah besar orang menyatakan berminat untuk mencoba metode pembayaran baru di tahun berikutnya. Tepatnya, banyak yang merasa tertarik akan ide menggunakan kripto untuk transaksi mereka.
Hasil survei ini didukung pula oleh data. Misalnya, jumlah transaksi harian Bitcoin meningkat dari 276.185 tahun lalu menjadi 473.328.
Mata uang kripto merupakan opsi pembayaran yang makin disukai di luar sekadar trading di bursa. Layanan broker seperti Octa makin meningkatkan volume layanan berjenis ini. Dengan peralihan fokus ini, makin banyak orang menggunakan mata uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dan Litecoin untuk melakukan pembayaran langsung. Saat pelanggan dan penyedia pembayaran menunjukkan minat yang makin besar, volume pembayaran pun ikut bertumbuh.
3. Mata uang digital bank sentral (CBDC)
Negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) sedang menguji coba CBDC. Kepulauan Bahama, Jamaika, dan Nigeria telah meluncurkan CBDC mereka, dan berdasarkan Dana Moneter Internasional, lebih dari 100 negara lain sedang mempertimbangkan CBDC.
CBDC akan mengubah cara kerja dunia finansial dengan melibatkan lebih banyak orang, memperbaiki aturan, dan menjadikan dunia keuangan lebih cepat dan lebih baik secara keseluruhan. Selain itu, CBDC akan membentuk kembali praktik moneter global.
Dinamika wilayah dalam adopsi kripto
Tahun lalu, Asia Tengah dan Selatan serta Oseania termasuk pasar mata uang kripto yang paling dinamis di dunia. Dalam hal volume transaksi, wilayah-wilayah ini merupakan pasar terbesar ketiga setelah Amerika Utara dan Tengah, Eropa Utara dan Barat, serta menyumbang 20% dari aktivitas kripto global.
India menonjol dalam hal volume transaksi, dengan aset kripto bernilai $268,9 miliar diterima selama periode peninjauan. Para pemain institusional dan profesional adalah kontributor utama volume transaksi di semua wilayah.
Fakta bawah negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMI) seperti India, Nigeria, dan Pakistan tetap menggunakan mata uang kripto adalah pertanda baik bagi masa depan kripto. Yang membuat negara-negara LMI menonjol adalah populasinya yang besar, mencakup 40% dari populasi dunia—lebih dari grup penghasilan lain. Jika negara-negara ini mewakili masa depan, maka kripto akan memainkan peran utama di masa mendatang.
Sementara dalam hal adopsi institusional, pendorong utamanya adalah perekonomian menengah ke atas dan perekonomian tinggi seperti AS, Brasil, Singapura, Malaysia, dll. Misalnya, di AS, para anggota parlemen California bergabung dengan Wyoming dan Arizona dalam mengusulkan undang-undang yang mengizinkan warga negara untuk membayar pajak dengan kripto. Adopsi di sana terus bertumbuh, meskipun adanya fluktuasi pasar, yang sekali lagi mengindikasikan hasil yang positif bagi kripto.
Tantangan dan kesempatan
Sejak mata uang kripto pertama kali muncul, telah ada kekhawatiran tentang risiko.
● Perlindungan pelanggan dan stabilitas keuangan. Adopsi cepat mata uang kripto dapat memperburuk risiko yang ada untuk pelanggan dan stabilitas keuangan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakcocokan mata uang, tantangan pendanaan, dan masalah solvabilitas yang memengaruhi individual dan lembaga keuangan.
● Ambiguitas regulasi. Perubahan regulasi sedang terjadi, tetapi di beberapa wilayah, perubahan tidak cukup cepat terjadi untuk mengikuti perkembangan pesat di sektor ini. Teknologi berakhir di zona abu-abu dengan aturan yang tidak jelas.
● Kekhawatiran keamanan siber. Karena ketergantungan atas teknologi dan jaringan, ada risiko terjadinya ancaman siber seperti peretasan, penipuan, dan pencurian. Tindakan keamanan siber yang diperkuat, strategi manajemen risiko yang efektif, dan kerangka kerja regulasi yang jelas merupakan kunci untuk melindungi kepentingan keuangan dan integritas data pengguna.
Seiring dengan makin sadarnya masyarakat akan tantangan-tantangan ini, tantangan-tantangan tersebut menjadi makin berkurang seiring berjalannya waktu. Kini, dunia ada di tahap di mana kita bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikan.
● Inklusi finansial. Mata uang kripto menawarkan jalan bagi orang-orang tanpa rekening bank menuju inklusi finansial dan akses ke layanan fintech yang sebelumnya tidak tersedia.
● Efisiensi. Fintech dan mata uang kripto mengurangi biaya dan hambatan untuk melakukan transfer uang internasional. Ini adalah alternatif yang lebih sederhana dan lebih murah daripada metode-metode tradisional.
● Inovasi dan kewirausahaan. Platform fintech menciptakan jalan baru untuk aktivitas keuangan seperti investasi, trading, dan peminjaman. Dengan demikian muncullah inovasi dan kewirausahaan di sektor keuangan.
Dalam konteks bisnis, masih ada celah dalam penawaran produk dan kemudahan penggunaannya, tetapi ini hanya masalah waktu sebelum celah ini diisi.
Kesimpulan
Dengan terlibatnya lembaga dan pengguna biasa, ada banyak antisipasi atas apa yang akan terjadi di masa mendatang. Hal ini membawa kredibilitas dan stabilitas pada Bitcoin, yang makin menarik minat masyarakat luas. Halving adalah bagian utama dari pertumbuhan Bitcoin, demikian halnya dengan perkembangan teknologi dan kerangka kerja regulasi yang sedang terjadi. Selain itu, dengan adanya kombinasi dinamika pasar dan perilaku pengguna, banyak faktor yang secara kolektif akan membentuk lintasan masa depan kripto.
Bitcoin tampaknya akan terus berkembang dan diterima. Seiring makin kuat perannya di lanskap finansial, bersiaplah bahwa mata uang ini akan memengaruhi bukan hanya investor individual, tetapi juga lembaga dan pemerintahan di seluruh dunia. (ris)