koranindopos.com – Jakarta. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengambil langkah strategis untuk meningkatkan cakupan imunisasi nasional dengan menggandeng para pemengaruh (influencer). Kolaborasi ini bertujuan menyebarkan informasi yang akurat dan berbasis sains tentang imunisasi, guna menekan penyebaran penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Direktur Imunisasi Kemenkes, Prima Yosephine, menekankan bahwa salah satu tantangan utama dalam program imunisasi adalah derasnya arus informasi, termasuk hoaks dan disinformasi yang menyebar luas di masyarakat melalui berbagai platform digital.
“Derasnya arus informasi cukup menyulitkan masyarakat untuk bisa membedakan antara fakta yang berbasis sains dan juga informasi palsu. Informasi yang tidak benar ini menimbulkan keraguan, ketakutan, dan akhirnya penolakan terhadap imunisasi,” ujar Prima.
Data Kemenkes menunjukkan, pada periode 2019 hingga 2023 terdapat sekitar 1,3 juta anak di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi lengkap, khususnya dosis pertama vaksin DPT-HB-Hib. Kondisi ini turut menyebabkan kembalinya penyakit-penyakit yang sebelumnya telah terkendali dan bahkan memicu wabah di sejumlah wilayah.
“Akibatnya, Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-6 dunia sebagai negara dengan jumlah anak yang belum diimunisasi terbanyak,” ungkap Prima.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemenkes menggandeng para pemengaruh dengan harapan mereka dapat menjangkau audiens yang lebih luas, membangun kepercayaan, serta membentuk opini publik yang positif terhadap imunisasi.
“Pemengaruh memiliki kekuatan untuk membentuk narasi dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat. Kami harap mereka dapat membantu menyebarkan kisah sukses imunisasi dan meluruskan informasi yang keliru,” tambah Prima.
Ia juga mengajak para pemengaruh untuk mengambil informasi dari sumber kredibel seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kemenkes, dan organisasi kesehatan lainnya, lalu mengemasnya dalam bentuk konten edukatif yang menarik dan mudah dipahami.
“Jangan ragu untuk meluruskan hoaks dan disinformasi. Gunakan fakta dan data yang akurat, serta sampaikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana,” pungkasnya.
Upaya ini menjadi bagian dari strategi komunikasi publik Kemenkes dalam meningkatkan literasi kesehatan masyarakat dan memperkuat program imunisasi nasional demi terciptanya Indonesia yang lebih sehat dan terlindungi dari penyakit menular. (hai)