Koranindopos.com – Jakarta. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) terus memperkuat perannya dalam pembangunan manusia melalui pendekatan inklusif dan kolaboratif. Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) menjadi ujung tombak upaya tersebut dengan menempatkan perpustakaan sebagai ruang terbuka bagi kreativitas, literasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Sejak pertama kali diluncurkan pada 2018, TPBIS menunjukkan perkembangan signifikan. Program ini tidak hanya memperluas akses layanan perpustakaan, tetapi juga mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam berbagai aktivitas sosial dan ekonomi. Tahun ini, TPBIS telah menjangkau 38 provinsi, 296 kabupaten/kota, serta 2.396 desa atau kelurahan. Selain itu, terdapat 3.237 replikasi mandiri yang melibatkan lebih dari 8,2 juta anggota masyarakat di seluruh Indonesia.
“Ini adalah ikhtiar luar biasa dalam upaya kita bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Kepala Perpusnas E. Aminudin Aziz dalam acara Sosialisasi Program TPBIS yang digelar secara daring, Senin (14/4/2025).
Aminudin menjelaskan bahwa TPBIS dirancang sebagai respons terhadap dinamika masyarakat yang kian kompleks. Perpustakaan tidak lagi cukup hanya menjadi tempat menyimpan buku atau sekadar tempat membaca. Ia menyebutkan, “Kreativitas itu tak boleh dibatasi. Perluasan fungsi inilah yang dijawab melalui program TPBIS.”
Ia menambahkan bahwa setiap daerah memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda, sehingga pendekatan yang dilakukan pun harus bersifat kontekstual. “Tidak mungkin kita memberikan perlakuan yang sama di tengah kebutuhan masyarakat yang sangat beragam. Di Sumatra Barat, kerajinannya berbasis tekstil. Di NTB, berbeda lagi. Justru perbedaan ini menjadi bukti bahwa TPBIS benar-benar merespons potensi keunikan lokal,” terangnya.
Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi TPBIS untuk menjalin kolaborasi lintas sektor. Salah satu upaya baru yang diinisiasi adalah kerja sama dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Literasi. Program ini akan melibatkan mahasiswa di 1.000 titik lokus di berbagai wilayah Indonesia. Selain itu, partisipasi masyarakat juga diperluas melalui program Relawan Literasi Masyarakat (Re Lima).
“Ini adalah cara kita memobilisasi masyarakat untuk bersama-sama memajukan literasi. Kami hadir dengan visi baru, perpustakaan hadir demi martabat bangsa. Semoga upaya kita bisa semakin melibatkan pihak-pihak untuk menyukseskan program TPBIS tahun 2025,” tutur Aminudin penuh optimisme.
Komitmen dan relevansi TPBIS juga diperkuat oleh berbagai kementerian dan lembaga. Deputi Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami, menilai bahwa TPBIS selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Ia menyebut penguatan budaya literasi menjadi landasan penting untuk menumbuhkan inovasi dan kreativitas masyarakat.
“Penguatan budaya literasi untuk kreativitas dan inovasi ini dilakukan melalui dua aspek, yaitu peningkatan kualitas layanan perpustakaan dan peningkatan budaya kegemaran membaca,” katanya.
Sementara itu, dukungan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi juga ditegaskan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Informasi Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Mulyadin Malik. Menurutnya, keberadaan perpustakaan desa dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) kini menjadi indikator penting dalam penilaian Indeks Desa Membangun (IDM).
“Operasional TBM atau perpustakaan desa kini menjadi bagian dari penilaian IDM, khususnya pada dimensi sosial sub-dimensi fasilitas masyarakat. Ini menunjukkan bahwa literasi adalah fondasi pembangunan desa yang berkelanjutan,” ucapnya.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Adin Bondar, juga memaparkan hasil evaluasi program TPBIS tahun 2024. Menurutnya, program ini mencapai skor efektivitas sebesar 3,33 dari total 4, yang menunjukkan pencapaian signifikan dalam berbagai aspek, termasuk cakupan dan pemetaan kebutuhan.
Untuk tahun 2025, TPBIS akan fokus pada sejumlah komponen utama, antara lain penguatan sarana dan prasarana, peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan, pelatihan dan pendampingan, pemanfaatan perpustakaan sebagai ruang budaya baca, pemberdayaan relawan literasi, serta pemantauan dan evaluasi berkelanjutan.
Sosialisasi program TPBIS 2025 yang mengusung tema Penguatan Budaya Baca dan Peningkatan Kecakapan Literasi untuk Martabat Bangsa diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari dinas perpustakaan provinsi dan kabupaten/kota, pengelola perpustakaan desa, kepala desa, hingga pengambil kebijakan di tingkat daerah.
Dalam kegiatan tersebut juga dipaparkan strategi implementasi TPBIS 2025 oleh Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus, Nani Suryani. Sementara itu, Pustakawan Ahli Utama, Woro Titi Haryanti, mengulas pentingnya sinergi dan kolaborasi lintas sektor demi keberlanjutan program. Praktik baik dari lapangan turut dibagikan oleh Kepala Desa Komea, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, Efendi, yang menunjukkan bagaimana perpustakaan desa mampu menjadi motor penggerak perubahan sosial di komunitasnya.
Dengan arah baru yang lebih strategis dan inklusif, TPBIS menunjukkan bahwa perpustakaan bukan hanya ruang menyimpan pengetahuan, tetapi juga laboratorium sosial yang menjembatani literasi, pemberdayaan, dan martabat bangsa.