Koranindopos.com – Jakarta. Fenomena dokter yang semakin sering mempromosikan produk kesehatan di media sosial mendapat sorotan dari Anggota Komisi IX DPR RI, Uya Kuya. Ia menilai bahwa peran dokter seharusnya berfokus pada pelayanan kesehatan, bukan menjadi pemasar obat atau produk medis tertentu.
Dalam pernyataannya, Uya juga menyoroti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang dinilai perlu lebih tegas dalam menjaga etika profesi tenaga medis.
Melalui unggahan di akun Instagram @fraksipan_dprri dan @king_uyakuya, Uya menyampaikan kritiknya terkait pengawasan IDI terhadap dokter yang ikut memasarkan produk kesehatan.
“Kalau IDI ingin jadi mitra strategis pemerintah, harus menjalankan tugasnya dengan baik. Saya sering mendapat aduan pasien yang merasa jadi korban malpraktik, tapi tidak ada tindakan dari IDI,” ujar Uya Kuya.
Tren dokter yang merangkap sebagai influencer memang semakin marak, terutama dengan berkembangnya platform digital. Beberapa dokter menggunakan popularitasnya untuk mempromosikan obat, suplemen, hingga perawatan medis tertentu. Hal ini menimbulkan perdebatan, karena dikhawatirkan terjadi konflik kepentingan yang dapat memengaruhi objektivitas dokter dalam memberikan rekomendasi kepada pasien.
IDI sendiri telah menegaskan bahwa dokter tidak boleh mempromosikan produk kesehatan dengan cara yang dapat menyesatkan atau bertentangan dengan kode etik kedokteran. Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI, Djoko Widyarto, juga menegaskan bahwa dokter yang melanggar aturan tersebut bisa dikenai sanksi.
Namun, masih muncul pertanyaan mengenai efektivitas pengawasan IDI terhadap praktik ini. Kritik terhadap lemahnya tindakan IDI dalam menangani dugaan pelanggaran kode etik semakin banyak disuarakan, termasuk oleh Uya Kuya. Ia berharap IDI lebih transparan dan tegas dalam menjalankan fungsinya agar profesi dokter tetap terjaga dari kepentingan komersial yang bisa merugikan pasien.
Di tengah kondisi ini, masyarakat juga diimbau untuk lebih kritis dalam menyaring informasi terkait kesehatan, terutama yang disampaikan oleh tenaga medis di media sosial. Edukasi kesehatan yang benar dan berlandaskan etika profesi harus tetap menjadi prioritas utama dalam dunia medis.