koranindopos.com – Jakarta. ASEAN Foundation bermitra dengan Nanyang Technological University Center for Contemporary Art Singapore (NTU CCA) bersama-sama mengadakan sebuah pertemuan selama tiga hari di Jakarta, yang baru saja diluncurkan pada Kamis, 1 Desember 2022 lalu. Pertemuan bertajuk Climate Futures #1: Cultures, Climate Crisis, and Disappearing Ecologies diadakan dengan tujuan membahas hal-hal terkait antara budaya Asia Tenggara dan lingkungan, ekologi, dan keanekaragaman hayatinya.
Pertemuan Climate Futures #1: Cultures, Climate Crisis and Disappearing Ecologies diadakan dengan tujuan untuk mempelajari, mendokumentasikan, dan menganalisa dampak kolonialisme terhadap budaya dan keterkaitannya dengan krisis iklim saat ini.
Secara lebih terperinci, konferensi ini juga memiliki tujuan utama untuk memperlakukan pengetahuan lokal asli dan perspektif budaya sama seperti ilmu pasti yang berasal dari penelitian konvensional, agar dapat menumbuhkan hubungan pertukaran pengetahuan jangka panjang.
Proyek ini bertujuan untuk membangun pemahaman yang lebih luas tentang warisan paska kolonial dan tantangan yang dibawanya hingga saat ini, sambil membangun jaringan internasional yang kuat dan mengidentifikasi metodologi yang berpotensi untuk membawa sebuah perubahan yang bersifat positif.
Hal ini merupakan sebuah kesempatan untuk memulai wacana penting yang tertanam di kawasan ASEAN, dan melibatkan seluruh peserta untuk dapat bergabung bersama entitas dan mitra lain, menjadi multi-vokal dan multi-lokal.
“Menurut International Monetary Fund, negara-negara berkembang mewakili 85 persen dari populasi dunia dan menghadapi beban tantangan sosial dan lingkungan global. ASEAN termasuk yang mewakili sebagian besarnya, untuk itu pembicara yang hadir di konferensi merupakan perwakilan dari negara-negara ASEAN dengan pengalaman langsung dari tantangan yang dihadapi.
Selama konferensi berlangsung kami berharap dapat mengeksplorasi bersama kemungkinan masa depan yang lebih baik di luar krisis iklim saat ini,” ujar Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Dr. Yang Mee Eng. Konferensi ini juga dihadiri oleh para pembicara dari 10 negara anggota ASEAN, Korea Selatan, Jerman, dan Australia dan lebih dari 1200 orang dari 31 negara mendaftar untuk konferensi yang berlangsung secara hybrid dari tanggal 1 Desember hingga 3 Desember 2022.
Konferensi yang berlangsung terdiri dari diskusi tentang pendekatan alternatif untuk studi regional yang berfokus pada urgensi seperti kenaikan permukaan laut dan suhu serta dampaknya terhadap sumber daya alam di wilayah tersebut. Diskusi juga akan berfokus secara khusus terhadap pembahasan sumber daya alam di area Sungai Mekong dan Delta (Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam) dan aliran sungainya ke Indonesia, Malaysia dan Filipina serta Selat Malaka yang memainkan peran penting dalam pembagian wilayah sejarah.
Pendekatan holistik dari Climate Futures #1: Cultures, Climate Crisis, and Disappearing Ecologies adalah untuk merangsang diskusi antara seniman, desainer interior dan arsitek, ilmuwan, pemerhati lingkungan, serta suara lokal dan pembuat kebijakan. Melalui acara ini, kami berupaya menjangkau publik yang lebih luas termasuk para cendekiawan muda dan praktisi seni, serta tokoh masyarakat dari kawasan ASEAN.
Acara ini juga terbuka untuk khalayak umum dan dapat diikuti secara daring dengan melakukan registrasi terlebih dahulu melalui bit.ly/KONNECTASEAN_CF, atau untuk informasi lebih lanjut dapat diakses melalui https://www.instagram.com/aseanfoundation.
Tentang KONNECT ASEAN
Ketika realitas dunia baru paska Perang Dingin telah terbentuk dan membentuk arah dan percakapan baru, ASEAN telah memasuki kembali ruang seni kontemporer melalui upaya kolaboratif antara berbagai badan ASEAN. Republik Korea merayakan 30 tahun hubungan diplomatik dengan ASEAN pada tahun 2019 dan pada tahun yang sama mendirikan KONNECT ASEAN, sebuah program seni ASEAN-Korea. Didukung oleh ASEAN-Korea Cooperation Fund (AKCF) dan dikelola oleh ASEAN Foundation, KONNECT ASEAN menandakan keinginan ASEAN untuk merevitalisasi peran integralnya dalam seni visual kontemporer dan ketulusan Korea Selatan dalam membangun hubungan yang lebih dekat dengan ASEAN.
Program ini merayakan seni Asia Tenggara menggunakan berbagai platform (pameran, pendidikan dan konferensi, program publik, residensi, serta publikasi dan arsip) untuk mengeksplorasi dan mendiskusikan masalah sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan di wilayah tersebut. Karya dan kegiatan seniman melibatkan dan memperkuat pemahaman publik tentang peran ASEAN dalam memfasilitasi diplomasi budaya. Selanjutnya, program ini bermaksud untuk menghubungkan dengan tiga kelompok pemangku kepentingan utama pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil, untuk mencapai visi Komunitas ASEAN. Rekaman konferensi akan tersedia secara online dan dapat diakses oleh umum karena hasil dari konferensi penting bagi pertumbuhan, kemakmuran, dan stabilitas Kawasan.
Tentang ASEAN Foundation
Tiga dekade setelah terbentuknya ASEAN, para pemimpin ASEAN menyaksikan adanya kemakmuran, kesadaran, dan keterlibatan yang belum merata di antara masyarakat ASEAN. Berdasarkan kepedulian terhadap hal ini, para pemimpin ASEAN mendirikan ASEAN Foundation pada peringatan puncak Ulang Tahun ASEAN ke-30 di Kuala Lumpur Malaysia, tepatnya tanggal 15 Desember 1997.
ASEAN Foundation merupakan organisasi dari dan untuk masyarakat ASEAN. Organisasi ini didirikan untuk melaksanakan satu visi: membangun komunitas ASEAN yang kohesif dan sejahtera. Sebagai salah satu organisasi dalam naungan ASEAN, ASEAN Foundation ditugaskan untuk mendukung ASEAN dalam mempromosikan kesadaran, identitas, interaksi, dan pengembangan masyarakat ASEAN. (ris)