Koranindopos.com – Jakarta. Rumah Produksi PUTAAR Film akan merilis film drama komedi berjudul Nona Manis Sayange . Film tersebut mengangkat budaya di Nusa Tenggara Timur.
Proses syutingnya sendiri telah dilakukan selama 23 hari di kawasan Labuan Bajo. Dan Haico Van Der Veken lah yang terpilih untuk memerankan tokoh utamanya. Dalam film ini, Haico akan memerankan karakter bernama Sika.
“Dia itu punya personality sangat kuat, prinsip yang kuat, anaknya kekeuh nggak menye-menye, berpendidikan,” jelas Haico saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (27/7) lalu.
Berbagai tantangan pun harus dihadapi untuk bermain dalam film ini. Salah satunya adalah mengenai bahasa.
Untuk memerankan karakter Sika, Haico harus mengerti bahasa masyarakat di sana. Tak hanya itu, Haico juga harus mempelajari logat dari masyarakat Labuan Bajo.
“Aku suka karena tantangan buat aku menjadi orang Labuan Bajo. Sedangkan aku nggak sama sekali (asal sana). Jadi, aku harus belajar,” ungkap Haico.
Beruntung, selama proses syuting berlangsung, Haico ditemani oleh salah satu penduduk asli di sana. Orang tersebutlah yangmengajarkan bahasa dan logat dari masyarakat Labuan Bajo kepada Haico.
Namun tetap saja, karena waktu yang cukup singkat, Haico tetap merasa kesulitan dengan dialek masyarakat di sana.
“Menurut aku lumayan susah. Sebenarnya kita diajarin itu beberapa hari sebelum syuting. Tetapi kita juga membiasakan dengan cara kita pakai dialek itu,” terang Haico.
Untuk memperlancar dialek, Haico pun melakukan obesrvasi sendiri. Haico mengaku mempelajari bagaimana masyarakat Labuan Bajo berkomunikasi.
“Di situ kita lihat orang-orang yang tinggal di sana. Orang-orang Bajo. Cara mereka ngomong, oh kalau kata ini mereka cara bilangnya ini, kita belajar dari situ juga,” ungkap Haico.
Selain Haico, film ini juga dibintangi oleh pangeran Lantan, Mathias Muchus dan sederat bintang lainnya.
Nona Manis Sayange menceritakan tentang kisah cinta Sika dan Akram yang bersahabat sejak kecil. Perasaan cinta pun tumbuh kuat diantara Sika dan Akram. Rintangan besar muncul dari Ayah Sika (Mathias Muchus) yang menganggap Akram tidak pantas menikahi Sika.
Perjuangan akram untuk memenuhi harapan dari Ayah Sika menjadi perjalanan yang berat, dia berusaha memenuhi permintaan uang belis (mahar) yang sangat tinggi dari Ayah Sika. Sementara itu, Sika berusaha meyakinkan ayahnya bahwa cinta sejati tidak dapat dinilai dari materi dan status sosial. Cerita yang mengajarkan tentang perbedaan yang dilihat dari sudut pandang adat budaya di Labuan Bajo