LUHUT Binsar Pandjaitan. Memang impresif. Menteri multitugas. Ada yang bilang Menteri Segala Urusan. Apapun julukannya, di mata saya, dia sosok menarik untuk dikulik. ”Tiba-tiba Presiden (Jokowi) memerintahkan saya untuk mengurus minyak goreng,” kata Luhut saat membuka Dies Natalis ke-60 GAMKI secara virtual melalui YouTube Gamki Balikpapan pada Sabtu, 21 Mei 2022.
Tiba-tiba ini. Tiba-tiba itu. Entah, tetiba nanti, diperintah apalagi. ”Saya ulangi, diperintahkan Presiden,” kata Luhut di Rapat Banggar DPR pada Kamis, 9 Juni 2022. Rapat yang sengaja diadakan untuk mengakomodasi rasa penasaran parlemen. Lagi-lagi, Luhut — seperti saya bilang di atas – menarik untuk dikulik.
Bahkan, Luhut menyebut, ada 27 kerjaan. Itu semua langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia memang tidak merinci. Seingat saya, setumpuk jabatan diemban oleh purnawirawan Kopassus TNI AD itu.
Misalnya; Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali, Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ketua Dewan Pengarah Penyelamatan Danau Nasional, Ketua Tim Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, dan Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta — Bandung. Yang masih hangat, ditugasi mengurus soal harga tiket masuk Candi Borobudur.
Maka wajar, Luhut panen kritik publik. Termasuk dari parlemen. Menurut pandangan saya, segudang jabatan Luhut itu tidak lepas dari rasa kepercayaan Jokowi yang besar. Itu positif. Urusan bagaimana nanti hasil kerjanya; ”tanya Presiden,” kata Luhut kepada Banggar DPR.
Mengutip jurnal Aaron L Connelly peneliti dari Lowy Institute berjudul Indonesia Foreign Policy Under President Jokowi menguak, bahwa semua itu berawal dari urusan kayu. Kira-kira 14 tahun lalu. Kala itu, Luhut sedang butuh orang yang mampu mengubah kayu mentah menjadi produk jadi. Kayu-kayu itu milik Luhut dari konsesi hutan di Kalimantan. Singkat kata, dia bertemu dengan orang yang tepat. Eksportir furniture. Dialah Jokowi. Kebetulan, saat itu Jokowi baru saja terpilih menjadi Wali Kota Solo.
Bisnis jalan. Politik pun demikian. Luhut kala itu telah menjadi petinggi Partai Golkar. Luhut bahkan menjadi penasihat politik Jokowi. Maka, sejak itu, sudah rahasia umum kalau orang bilang Luhut adalah orang belakang Jokowi. Mulai dari Solo ke Jakarta, Luhut pun selalu ada.
Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 merupakan hasil racikan politik apik Luhut untuk Jokowi. Sudah klir. Kalau masih penasaran; ”tanya Presiden,” kata Luhut, hahaha. Apakah karir Luhut akan ikut surut, setelah Jokowi purna tugas? ”Tanya Presiden,” kata Luhut – kalau ini guyonan saya, bukan kata Luhut – agar tidak terlalu serius mikir Menteri Segala Utusan itu. (*) –