koranindopos.com – Jakarta. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah pengamatan suhu udara di Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun dari 117 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata di Indonesia selama periode 1991-2020 tercatat sebesar 26,7 derajat Celsius. Namun, pada tahun 2024, suhu udara rata-rata tercatat lebih tinggi, yakni 27,5 derajat Celsius, yang menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 0,8 derajat Celsius.
Anomali suhu udara tahunan merujuk pada perbedaan antara suhu udara pada tahun tertentu dengan suhu udara rata-rata tahunan dalam periode normal, yaitu 30 tahun (1991-2020). Dalam hal ini, anomali suhu tahun 2024 menunjukkan adanya perbedaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata suhu pada periode normal tersebut.
Berdasarkan data dari BMKG, hampir seluruh stasiun pengamatan yang ada di Indonesia melaporkan anomali suhu udara positif pada tahun 2024, yang berarti suhu udara lebih tinggi dibandingkan dengan suhu rata-rata selama 30 tahun terakhir.
BMKG menyebutkan bahwa fenomena peningkatan suhu udara ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah dampak dari perubahan iklim global yang menyebabkan peningkatan suhu secara signifikan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Selain itu, peristiwa cuaca ekstrem dan fenomena alam seperti El Nino juga turut berkontribusi terhadap peningkatan suhu yang terjadi pada tahun 2024.
El Nino, yang merupakan fenomena alam yang terjadi akibat pemanasan suhu air laut di Samudra Pasifik, telah mempengaruhi pola cuaca di banyak wilayah, termasuk Indonesia. Fenomena ini menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan intensitas curah hujan yang rendah di beberapa daerah, yang pada gilirannya memperburuk kondisi suhu di permukaan.
Peningkatan suhu udara yang signifikan pada tahun 2024 ini berpotensi memberikan dampak yang cukup besar terhadap masyarakat dan lingkungan. Salah satunya adalah potensi terjadinya gelombang panas yang dapat mengganggu kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit jantung serta pernapasan.
Selain itu, suhu yang lebih tinggi juga dapat memperburuk kondisi kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah-wilayah yang rawan kebakaran. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi sektor pertanian, dengan meningkatnya kekeringan yang dapat mengancam hasil panen, serta memperburuk kerusakan ekosistem alami.
Menghadapi tren perubahan iklim yang semakin nyata, BMKG dan berbagai lembaga terkait terus mendorong masyarakat untuk lebih waspada terhadap dampak perubahan iklim. Pemerintah juga diharapkan memperkuat upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan untuk mencegah dampak buruk dari fenomena cuaca ekstrem.
Selain itu, penting untuk terus mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi salah satu penyebab utama pemanasan global. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mempercepat transisi menuju energi terbarukan dan mendorong gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.(dhil)