koranindopos.com – Jakarta. Green jobs atau ‘pekerjaan hijau’ memang masih belum familiar di tengah masyarakat, terutama bagi kalangan sebelum generasi Z. Green jobs adalah pekerjaan yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan, berkontribusi pada keberlanjutan, dan mendukung ekonomi yang ramah lingkungan. Mari kita ambil contoh dari bidang pertanian; karier hijau dalam pertanian berkelanjutan tidak hanya tentang menghasilkan pangan, tetapi juga menjaga kesehatan tanah, mengurangi limbah, dan meminimalkan penggunaan bahan kimia berbahaya.
Peluang green jobs di bidang ini terbuka lebar! Mulai dari teknisi pertanian cerdas, spesialis agroekologi, hingga peneliti tanaman organik, dan masih banyak lagi. Karena dengan pertanian yang lebih ramah lingkungan, kita dapat membantu menyediakan pangan untuk generasi mendatang tanpa merusak alam.
Asosiasi Industri Fotovoltaik Eropa (EPIA) dan Greenpeace International memprediksi green jobs akan menjadi tren global mulai tahun 2025. Namun, badan PBB untuk program pembangunan (UNDP) memperkirakan pada tahun 2030, 60% generasi muda di dunia masih belum memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memasuki era green jobs.
Sebesar apa peluangnya di Uni Eropa? Menurut International Renewable Energy Agency (IRENA) dan International Labour Organization (ILO) ada 1,812 juta green jobs.2 Juga tercatat bahwa lapangan kerja di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) meningkat pesat. Hal ini disebabkan karena Uni Eropa mencetak rekor pemasangan fasilitas tersebut pada 2023, hampir dua kali lipat dari laju tahun 2021.
Terkait dengan hal tersebut, Uni Eropa mendukung pemerintah Indonesia atas inisiatif 1.000 insinyur hijau, sebagai tindak lanjut dari pertemuan komite gabungan (Joint-Committee Meeting) yang ke-7 antara Uni Eropa dan Indonesia tahun lalu di Brussel. Hal ini sejalan dengan kesepakatan hijau (Green Deal) Uni Eropa, yang bertujuan untuk menjadikan Eropa sebagai benua pertama yang netral iklim pada tahun 2050.4
Lalu apa saja benefit studi green job di Eropa?
- Akses ke penelitian dan inovasi tingkat lanjut: universitas-universitas di Eropa berada di garis depan dalam penelitian teknik ramah lingkungan, dengan program dan laboratorium khusus yang berfokus pada energi terbarukan, material berkelanjutan, pengelolaan limbah yang efisien, tenaga air, penangkapan karbon, dan masih banyak
- Kurikulum komprehensif dan interdisipliner: program-program di Eropa menekankan pembelajaran interdisipliner yang mengintegrasikan ilmu lingkungan, teknik, kebijakan, dan Hal ini mempersiapkan mahasiswa untuk mengatasi tantangan keberlanjutan dari berbagai sudut pandang dan mengembangkan solusi holistik.
- Paparan terhadap kebijakan dan terapan nyata proyek di lapangan: kota-kota di Eropa menjadi model keberlanjutan perkotaan dengan proyek-proyek infrastruktur energi terbarukan, transportasi umum yang ramah lingkungan, dan arsitektur yang ramah lingkungan, yang memberikan pengalaman langsung kepada para mahasiswa.
- Akses ke para pemimpin industri dan peluang kerja: Eropa menjadi tuan rumah bagi perusahaan-perusahaan teknologi ramah lingkungan, terutama dalam bidang energi terbarukan, dan perencanaan kota yang berkelanjutan.
Jika ingin tahu lebih banyak, kunjungi European Higher Education Fair (EHEF) 2024 atau Pameran Pendidikan Tinggi Eropa di Jakarta pada 2 & 3 November di Gedung Menara Astra, dimana terdapat 88 institusi pendidikan tinggi dari 15 Negara-Negara Anggota Uni Eropa yang hadir di sana dan siap berdiskusi soal green engineering atau ‘teknik rekayasa hijau’, ‘pendidikan hijau’, ‘pekerjaan hijau’ dan ‘karir hijau’.
Pendaftaran (gratis) melalui tautan https://virtual.ehef.id/register. (sh)