– Jakarta. Menjalani puasa Ramadan di negara dengan mayoritas nonmuslim tentu memberikan pengalaman yang unik dan penuh tantangan. Hal ini tengah dirasakan oleh Danny Fadel Prasetya, seorang mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh studi di Swedia.
Danny merupakan mahasiswa tahun pertama di program Master in Sustainable Production Development di KTH Royal Institute of Technology, Stockholm. Sebagai pendatang di negara yang tidak memiliki budaya Ramadan yang kuat, ia merasakan perbedaan yang cukup besar dibandingkan dengan menjalankan ibadah puasa di Indonesia.
Swedia, yang terletak di bagian utara Eropa, memiliki durasi puasa yang lebih panjang dibandingkan dengan negara-negara di sekitar garis khatulistiwa, seperti Indonesia. Pada bulan Ramadan, waktu siang hari di Swedia bisa berlangsung lebih lama, sehingga umat Muslim di sana harus berpuasa sekitar 15 jam sehari.
“Tahun ini adalah tahun pertama saya di kota Stockholm. Tidak ada acara ataupun agenda khusus untuk menyambut bulan suci Ramadan mengingat bahwa negara Swedia adalah negara yang mayoritas penduduknya nonmuslim,” ujar Danny.
Meskipun demikian, komunitas Muslim di Swedia tetap bisa menjalankan ibadah dengan baik. Banyak masjid dan pusat komunitas Islam yang mengadakan kegiatan keagamaan, seperti buka puasa bersama dan tarawih.
Menjalani puasa di negara yang tidak menjadikannya sebagai bagian dari budaya masyarakat umum tentu menghadirkan berbagai tantangan, di antaranya:
- Durasi puasa yang panjang – Seperti disebutkan sebelumnya, waktu puasa di Swedia bisa mencapai 15 jam atau lebih, tergantung pada waktu matahari terbit dan terbenam.
- Minimnya suasana Ramadan – Tidak seperti di Indonesia, di mana Ramadan dirayakan dengan berbagai kegiatan dan dekorasi khas, di Swedia suasana Ramadan hampir tidak terasa di ruang publik.
- Tantangan akademik dan pekerjaan – Dengan tidak adanya kebijakan khusus untuk Ramadan, mahasiswa dan pekerja Muslim harus menyesuaikan diri dengan jadwal kuliah dan pekerjaan mereka tanpa perubahan signifikan.
- Cuaca yang dingin – Berpuasa di tengah cuaca yang dingin bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan iklim tropis seperti di Indonesia.
Meskipun menghadapi banyak tantangan, Danny dan mahasiswa Muslim lainnya tetap bisa menjalankan ibadah puasa dengan berbagai cara adaptasi, seperti:
- Menjaga pola makan sehat saat sahur dan berbuka agar tubuh tetap kuat menjalani aktivitas harian.
- Bergabung dengan komunitas Muslim lokal untuk mendapatkan dukungan dan suasana kebersamaan dalam menjalani Ramadan.
- Menyesuaikan jadwal istirahat dan ibadah agar tetap bisa menjalani kegiatan akademik dan spiritual dengan seimbang.
Bagi Danny dan banyak Muslim lainnya di Swedia, Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang ketahanan, adaptasi, dan memperkuat keimanan dalam kondisi yang berbeda. Pengalaman ini menjadi bagian dari perjalanan spiritual yang semakin memperkaya makna Ramadan bagi mereka yang menjalankannya di perantauan.(dhil)