Koranindopos.com – Sumenep. Satu persatu lembaga pendidikan Islam seperti pesantren mulai berlomba memperlebar langkah jelajah alumni mereka. Tidak boleh puas hanya di dalam negeri, tapi harus mulai melenggang ke perbagai belahan dunia. Baik untuk melanjutkan studi maupun berdakwah menyebarkan agama Islam.
Salah satunya Pesantren Persis No.95 Abu Hurairah Sapeken, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Tekad itu disampaikan KH Ad-Dailamy Abu Hurairah selaku pengasuh pesantren saat memberikan tausyiah atau wasiat dalam acara Haflah Imtihan Akhir Sanah (HIAS) Baiat dan Wisuda Santri Angkatan 41-42, Selasa malam (4/7).
Ulama yang akrab disapa Ustaz Dailamy itu mengatakan, seluruh alumni Pesantren Persis No.95 Abu Hurairah menjalani tiga tahap pengabdian. Tahap pertama, bertugas menjadi guru dan muballigh selama setahun setelah menyelesaikan pendidikan 6 tahun di pesantren. Tahap kedua, berdakwah saat para alumni tersebut menuntut ilmu di perguruan tinggi.
”Sasaran utamanya adalah lingkungan kampusnya, para dosen bahkan rektor. Kita bukan berdakwah menambah pengetahun mereka, tapi kita berdakwah menambah kualitas iman mereka. Berapa banyak orang-orang yang menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 bahkan guru besar tapi iman mereka kecil. Menyadarai hal ini para dosen dan profesor itu harus dibina imannya,” tutur Ustaz Dailamy.
Tahap berikutnya, lanjut Ustaz Dailamy, para alumni harus siap berdakwah di Australia, Amerika Serikat, dan berbagai negara Eropa. Dakwah tidak boleh dibatasi oleh teritorial dan harus melintasi dunia internasional. ”Sejak lima tahun lalu upaya membangun kekuatan bahasa Inggris dan Arab dilakukan. Kenapa? Karena untuk syarat berdakwah secara internasional harus didukung kemampuan bahasa Arab dan Inggris,” tegas Ustaz Dailamy.
Ustaz Dailamy lantas menceritakan pengalamannya saat dua kali ditawarkan berdakwah di Australia dan Perancis. Sayangnya tawaran itu tak bisa diambil karena merasa tidak memiliki kemampuan dalam berbahasa Inggris. ”Tapi saya tidak kecewa. Justru pengalaman itu yang memacu saya agar murid-murid saya harus bisa berbahasa Inggris,” kata Ustaz Dailamy.
Ulama keturunan Bugis itu menuntut para santrinya untuk tak cepat puas jika dakwah mereka berhasil di tingkat lokal. Karena itu, semangat dai atau pendakwah global harus dimiliki para alumni yang baru saja diwisuda. ”Kalau saya masih hidup saya akan mencium anak itu dari ujung rambut sampai ujung kakinya apabila mereka bisa menembus dakwah secara internasional,” tandas Ustaz Dailamy.