koranindopos.com – Jakarta. Produsen mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla, menghadapi masa sulit di pasar Eropa. Setelah berbulan-bulan mencatatkan angka penjualan yang terus menurun, April 2025 menjadi bulan terburuk, dengan sejumlah pasar utama seperti Spanyol, Jerman, Belgia, Prancis, dan Inggris mengalami penurunan signifikan dalam penjualan kendaraan Tesla.
Salah satu sorotan paling tajam datang dari Jerman, yang merupakan pasar otomotif terbesar di Eropa. Berdasarkan data yang dikutip dari Carscoops, Tesla hanya berhasil menjual 885 unit pada bulan April di Jerman — turun drastis 45,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sepanjang 2025 ini, Tesla tercatat menjual 5.820 kendaraan, yang berarti terjadi penurunan tajam hingga 60,4% dibanding tahun 2024.
Keadaan serupa juga terjadi di Inggris, di mana Tesla bahkan harus merelakan posisinya disalip oleh dua merek mobil listrik asal Tiongkok. Fenomena ini mempertegas dominasi China dalam sektor kendaraan listrik, terutama berkat kombinasi harga kompetitif, fitur teknologi yang canggih, dan strategi distribusi yang agresif.
Penurunan Tesla di Eropa dipicu oleh beberapa faktor. Selain persaingan yang semakin ketat dari produsen mobil China seperti BYD dan MG, Tesla juga menghadapi tantangan logistik global, ketidakpastian ekonomi, dan kurangnya penyegaran produk yang signifikan dalam beberapa model utamanya.
Sementara pasar kendaraan listrik global tumbuh, dinamika persaingan di Eropa menempatkan tekanan besar pada Tesla. Konsumen Eropa kini memiliki lebih banyak pilihan dari berbagai merek, dengan produsen lokal dan Asia gencar meluncurkan model baru dengan harga lebih terjangkau dan daya jangkau yang lebih baik.
Jika tren ini terus berlanjut, Tesla perlu segera melakukan evaluasi strategi di kawasan ini. Entah dengan memperkenalkan model baru yang lebih sesuai dengan preferensi pasar Eropa, atau memperkuat layanan purna jual dan jaringan distribusinya agar tetap relevan di tengah persaingan yang kian ketat.(dhil)