koranindopos.com – Jakarta. PT Cerestar Indonesia Tbk, produsen tepung olahan gandum yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode TRGU membukukan pertumbuhan pendapatan yang signifikan pada periode 9M23 berkat peningkatan permintaan tepung terigu serta bahan pakan ternak di Tanah Air. Pada periode ini, Perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,9 triliun atau tumbuh sebesar 54,1% YoY.
“Meskipun ada tantangan dalam industri, kemampuan kami untuk mempertahankan pangsa pasar yang kuat merupakan bukti kuatnya posisi kami di pasar, didukung oleh ekosistem Cerestar Group yang kuat. Jaringan terintegrasi ini tidak hanya melindungi kami dari ketidakpastian namun juga memungkinkan kami untuk terus mengeksplorasi jalur pertumbuhan baru,” kata Presiden Direktur TRGU Indra Irawan.
Segmen bahan pakan ternak yang baru mulai beroperasi secara menyeluruh pada bulan November 2022 telah berhasil memberikan kontribusi sekitar 35% terhadap keseluruhan pendapatan Perseroan pada periode 9M23. Sedangkan, mayoritas pendapatan masih dikontribusi oleh segmen tepung terigu sebesar 65%. Pendapatan tepung terigu TRGU masih didominasi oleh sektor korporasi atau B2B, yaitu sekitar 70%, selebihnya dari segmen UMKM, ritel, dan HORECA.
Produk tepung terigu Perseroan untuk konsumsi manusia meliputi beberapa merek yaitu Dragonfly, Falcon, Seagull, dan Bakerstar. Adapun merek produk bahan pakan ternak Perseroan terdiri dari Starfish dan Manta.
Melihat meningkatnya permintaan pakan ternak di Indonesia, Perseroan bertekad untuk memperluas kapasitas bisnis bahan pakan ternaknya lebih lanjut pada tahun 2023.
Namun demikian, beban pokok pendapatan yang juga meningkat signifikan menjadi Rp 3,7 triliun pada 9M23, dibandingkan Rp 2,3 triliun pada periode yang sama tahun lalu telah menekan perolehan laba. Akibatnya, laba kotor TRGU pada periode ini turun 32,1% YoY menjadi Rp 193,5 miliar. Kondisi pasar tepung terigu yang sedang penuh tantangan, karena penurunan harga yang cukup significant akibat dari turunnya harga bahan baku gandum di pasar dunia telah turut menekan perolehan laba Perseroan.
Sementara itu, kenaikan suku bunga yang membuat beban keuangan meningkat 35% menjadi Rp 109 miliar juga menjadi tambahan penyebab terhadap turunnya laba bersih TRGU menjadi Rp 4,7 pada periode 9M23 miliar dibandingkan periode sebelumnya yang Rp 72,5 miliar. Namun demikian, di tengah kondisi yang penuh tantangan, TRGU berhasil meningkatkan efisiensi hingga bisa menurunkan total biaya operasional sebesar 12,3% YoY menjadi Rp 86,4 miliar, sehingga operasionalnya lebih efisien dan optimal. (ris)