Ivan Cahya Permana bukan nama asing di dunia telekomunikasi (telko) tanah air. Debut pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu telah banyak berkontribusi pada pembangunan jaringan komunikasi nasional. Kini, dia menduduki kursi Director of Commerce and Operation PT Jakarta Infrastruktur Propertindo (JIP), anak usaha PT Jakarta Propertindo (Jakpro), badan usaha milik Pemprov DKI Jakarta.
LAPORAN: WAHYU , Koranindopos.com
SMART city adalah konsep penataan modern Kota Jakarta ke depan. Sebagai kota cerdas, tentu idealnya semua fasilitas pendukung kota tertata rapi, efisien, dan berkelanjutan. Termasuk urusan utilitas seperti kabel dan instalasi. Itulah tugas berat yang diberikan Pemprov DKI kepada PT JIP.
Pekan lalu, koranindopos.com berkesempatan untuk berdiskusi dengan Ivan. Dia berkantor di Gedung Jaya, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat. Gedung legendaris warna cokelat itu memang dikenal sebagai tempat berkumpulnya perusahaan daerah milik Pemprov DKI. Salah satunya, PT Pembangunan Jaya, selaku tuan rumah. JIP baru saja membuka kantor perwakilannya di lantai 11. Kantor pusatnya berada di M.H. Thamrin di mana induknya, PT Jakpro, berkantor.
Siang menjelang sore. Sekira pukul 14.30. Raut pria yang pernah meraih penghargaan Satya Lencana Wira Karya pada 2016 tersebut tampak masih semringah. Besemangat. Meski menjelang jam pulang kantor.
Ivan memang dikenal pekerja keras dan humble. Maka wajar, dia juga diandalkan Jakpro untuk tampil sebagai Project Director Jakarta E Prix pada Juni 2023 lalu untuk menghadapi media massa. Membangun citra positif ajang Jakarta E-Prix yang ”terseret” ke ranah politik kepentingan.
Mungkin, karena itu pula dia kini menduduki kursi elit di JIP. Perusahaan plat merah yang diandalkan Pemprov DKI dan Jakpro untuk membenahi karut marut utilitas kota Jakarta. Itu adalah proyek sarana jaringan utilitas terpadu (SJUT). Ivan mengakui itu adalah tugas berat. Bukan perkara mudah menata utilitas di kota padat seperti Jakarta. Ivan menghitung sekira 12 ribu kilometer utilitas di jalan Jakarta yang harus ditata. Dia juga memperkirakan butuh waktu lama agar semua itu terlaksana sempurna.
”Kalau kita lihat Jakarta ini bisa 5 – 8 tahun kalau untuk semua. Jika pemprov sebagai city house memberikan target 12 ribu harus beres tahun ini, ya ok kami laksanakan. Tapi untuk pelaksaannya berat, bisa-bisa tutup Jakarta. Macet semua. Karena bikin SJUT itu mirip kaya bikin underpas atau jembatan, dan bikinnya tidak sembarang waktu. Kita bikinnya itu harus di atas jam 12 malam,” beber Ivan.
Nantinya, kata Ivan, seluruh utilitas akan berada di dalam tanah melalui SJUT. Ada empat utilitas yang ada di sana. Pertama, telekomunikasi yang akan dikerjakan, kedua air distribusi pipa air ke rumah-rumah, ketiga gas, dan keempat listrik. ”Jadi empat utilitas yang dibutuhkan oleh seluruh rakyat harus lewat SJUT. Jakpro menerima tugas tersebut karena memang kompetensinya ada di JIP. Kami membangun dan mengelola infrastruktur tersebut,” terang Ivan.
Bukan perkara mudah untuk merawat SJUT. Dia mencontohkan buka tutup SJUT yang beratnya mencapai 300 kilogram. ”Jadi bukanya itu harus pakai crain. Ada yang buka ada yang nungguin. Kasih pembatas untuk keamanan pengguna jalan,” terangnya.
Mengawali proyek SJUT di Jakarta bak membuka jalan di tengah hutan rimba. Banyak rintangan dan jalan terjal. Misalnya saja urusan kabel udara. Mungkin jika dihitung, jumlahnya nyaris jutaan kabel di seluruh ibu kota. Mayoritas itu semua tidak bertuan. ”Terakhir kami melakukan pembersihan di Mampang itu ada 120 kabel titik yang bergelantung di tiang. Sebanyak 30 persennya tidak bertuan. Artinya perusahannya bangkrut atau lupa, jadi yang bandel-bandel ini kita potong,” ungkapnya.
Ke depan, sambung Ivan, JIP akan membuat ducting SJUT yang di dalamnya terdapat empat utilitas tersebut. ”Mirip selang air. Nanti viber itu masuk ke selang. Dan di dalam tanah nanti kita kasih pelindung. Kita memberikan SLE kepada operator-operator telekomunikasi, sehingga fungsinya lebih aman. Masyarakat yang di atas lebih nyaman. Tapi tantangannya banyak. Tugas SJUT ini dibiayai oleh JIP sendiri. Tentu kami mencari solusi yang paling efisien. Namun tidak membebani masyarakat. Tidak lebih dari 1 – 2 persen. Artinya tidak memberatkan masyarakat maupun dari sisi operator,” ujarnya.
Ivan menerangkan, JIP telah membangun SJUT sejak 2021. Sampai saat ini pihaknya sudah menyelesaikan 25 kilometer dari 100 kilo meter yang ditargetkan beres selama dua tahun ke depan. ”Intinya kami masih mengumpulkan kompetensi teknis. Karena ini yang pertama di Indonesia. Bandung, Tangerang, Jogja, semua pada ketemu dengan Dinas Bina Marga DKI. Belaja, gimana Jakarta berhasil membangun SJUT,” bebernya. (*/mmr)