Koranindopos.com – Jakarta. Upaya memperkuat budaya literasi di kalangan pelajar semakin digalakkan melalui program Duta Baca Masuk Sekolah. Program ini bertujuan menjadikan duta baca sebagai agen perubahan dalam membangun kebiasaan membaca dan meningkatkan kecakapan literasi di lingkungan pendidikan.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Adin Bondar, menegaskan pentingnya peran duta baca dalam membentuk generasi muda yang kritis dan berwawasan luas. Dalam webinar Literasi Gerakan Indonesia Membaca: Duta Baca Masuk Sekolah yang digelar daring pada Kamis (20/3/2025), ia menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi generasi Z, termasuk menurunnya kemampuan berpikir kritis akibat paparan informasi berlebihan.
“Duta baca sebagai figur inspiratif harus mampu menggerakkan budaya literasi di sekolah. Mereka bukan hanya sekadar motivator, tetapi juga menjadi role model bagi siswa dalam menumbuhkan kebiasaan membaca dan menulis,” ujar Adin.
Ia juga menambahkan bahwa perpustakaan saat ini tidak lagi sekadar menjadi tempat penyimpanan buku, tetapi telah bertransformasi menjadi pusat kreativitas yang mendukung minat baca masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan Perpusnas untuk mendorong literasi adalah penyediaan layanan perpustakaan keliling melalui motor dan mobil baca, pengembangan Pojok Baca Digital, serta pembangunan ruang baca di 10.000 titik di desa dan taman baca masyarakat.
Duta Baca Indonesia, Gol A Gong, menegaskan bahwa generasi Z dan Alpha yang tumbuh di era digital membutuhkan pendekatan khusus dalam literasi. Menurutnya, teknologi harus dimanfaatkan secara bijak agar tidak menjadi hambatan dalam perkembangan intelektual anak-anak.
“Kita harus membimbing mereka agar perangkat teknologi tidak hanya menjadi alat hiburan semata, tetapi juga sarana pembelajaran. Mereka memiliki potensi besar untuk membawa perubahan dengan pemikiran kritis dan opini yang kuat,” ujar Gol A Gong.
Sepanjang 2024, ia telah menjalankan program literasi di 17 sekolah di berbagai daerah, seperti Kalimantan, Lombok, Aceh, Banten, Jambi, dan Ternate. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemberian motivasi literasi, pertunjukan seni, pembagian buku, serta pelatihan menulis cerita pendek, esai, dan puisi.
Di tingkat daerah, Duta Baca Provinsi Banten, Rahmat Heldy, turut berkontribusi dengan memberikan pelatihan menulis cerita pendek bagi siswa. Ia menekankan bahwa menulis cerpen bukan sekadar menuangkan ide, tetapi juga harus mengikuti struktur yang baik agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima pembaca.
“Dalam menulis cerpen, ada beberapa tahap penting, seperti orientasi untuk menggambarkan suasana, rangkaian peristiwa, komplikasi sebagai bagian konflik, serta resolusi untuk mengakhiri cerita. Bimbingan guru pendamping juga diperlukan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan menulisnya secara maksimal,” jelas Rahmat.
Duta Baca Provinsi Jawa Barat, Raden Aurel Aditya Kusumawaningyun, menambahkan bahwa literasi digital juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam dunia pendidikan saat ini. Ia menyoroti pentingnya keterampilan memilah informasi agar terhindar dari hoaks, peretasan data, hingga kecanduan internet.
“Literasi digital adalah kunci untuk menghadapi era informasi yang serba cepat. Dengan memahami cara kerja dunia digital, kita bisa lebih bijak dalam menyaring informasi dan tidak mudah terpengaruh berita palsu,” ungkapnya.
Sementara itu, Duta Baca Provinsi Jawa Tengah, Ngindana Aghists Zulfa, menekankan perlunya inovasi dalam pengelolaan perpustakaan sekolah agar lebih menarik bagi siswa. Menurutnya, ruang baca yang nyaman, koleksi buku terbaru, serta kolaborasi dengan komunitas literasi dapat meningkatkan minat baca pelajar.
“Perpustakaan sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan. Selain itu, kegiatan literasi yang kreatif dan inovatif, serta kerja sama dengan pihak eksternal seperti penerbit atau penulis, akan semakin memperkuat ekosistem literasi di sekolah,” pungkasnya.
Dengan berbagai upaya ini, program Duta Baca Masuk Sekolah diharapkan dapat menjadi solusi dalam menumbuhkan budaya literasi yang kuat di kalangan pelajar, sekaligus membekali mereka dengan keterampilan membaca dan berpikir kritis untuk menghadapi tantangan di masa depan.