Koranindopos.com – Jakarta. Fenomena turunnya muka tanah (land subsidence) di beberapa kota-kota besar di Indonesia menjadi ancaman nyata. Tanpa pengelolaan dan pengawasan yang baik, maka penurunan muka air tanah akan menjadi ancaman serius bagi bangsa di masa mendatang.
Menurut Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung Heri Andreas, penurunan muka air tanah tahun ini mencapai 1-20 centimeter. Pengambilan air tanah tanpa memperhatikan kaidah-kaidah yang disarankan terutama di kota-kota besar menimbulkan perubahan pada cekungan air tanah.
”Sekaligus menimbulkan kerusakan lingkungan seperti amblesan tanah (land subsidence) juga intrusi air laut,” ujar Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sugeng Mujiyanto, Jumat (16/6). Karena itu, pihaknya melalui Pusat Air Tanah dan Geologi Lingkungan telah mengeluarkan standar penyelenggaraan izin pengusahaan air tanah.
Menurut Sugeng, manajemen air tanah yang baik meliputi pendayagunaan, konservasi dan pengendalian daya rusak. Hingga saat ini Badan Geologi telah melayani lebih dari 3 ribu pengajuan perizinan air tanah. ”Kami juga melakukan inovasi klinik air tanah sebagai ruang untuk diskusi,” tutur Sugeng.
Sugeng menyebut inovasi klinik air tanah yang dilakukan lembaganya juga bertujuan untuk penyampaian alternatif solusi mengenai permasalahan yang dihadapi pemohon dalam proses perizinan air tanah secara online.
Selanjutnya, lanjut Sugeng, untuk mencegah dampak negatif yang timbul akibat eksploitasi air tanah yang tidak terkendali disarankan beberapa hal. Pertama, melindungi daerah imbuhan air tanah untuk mencegah terjadinya penurunan pembentukan air tanah. ”Kedua, mengendalikan pengambilan air tanah di daerah lepasan untuk mencegah penurunan ketersediaan air,” kata dia.
Selain itu, langkah berikutnya yaitu menggunakan air tanah seefektif dan seefisien mungkin dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Serta mengelola kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara terpadu, ”Juga terus melakukan sosialisasi mengenai pentingnya mengelola air tanah yang berorientasi pada kelestarian lingkungan,” ungkap Sugeng.
Badan Geologi juga telah berkolaborasi untuk mempercepat penyelesaian peta zona konservasi serta pembangunan jaringan sumur pantau. Jumlah sumur pantau terbangun sampai saat ini sudah 81 unit dan direncanakan penambahan pada tahun 2023 sebanyak 8 unit dan 12 unit lagi akan dibangun pada tahun 2024 mendatang.