Koranindopos.com – Jakarta. Ketegangan antara PT Digital Network Aestetik (DNA) dan label musik Awakening Music asal Inggris kian memanas setelah penampilan Maher Zain di Jakarta pada 28 Juni 2025. Di tengah suasana konser yang semarak, terselip kegundahan dari pihak DNA yang merasa dikesampingkan dalam keterlibatan Maher Zain di panggung Indonesia. Padahal, selama lebih dari satu dekade, DNA mengklaim telah menjadi pihak yang berjasa dalam memperkenalkan dan membesarkan nama penyanyi religi asal Swedia itu di Tanah Air.
Perseteruan ini bukan perkara baru. Akar masalah bermula sejak 2023, ketika DNA diminta untuk memfasilitasi kehadiran Maher Zain dalam perayaan 100 Tahun Nahdlatul Ulama (NU) di Sidoarjo. DNA pun turun tangan dan berkoordinasi dengan panitia NU, pengurus PBNU, pimpinan organisasi keagamaan, hingga televisi nasional. Namun menjelang acara, Awakening Music menyatakan Maher Zain batal hadir karena sakit. Pernyataan itu disampaikan tanpa dokumentasi medis apa pun yang mendukung alasan tersebut.
“Awalnya kami percaya. Tapi keesokan harinya, tanggal 8 Februari, kami melihat Maher Zain aktif di media sosial, terlibat dalam kegiatan kemanusiaan pasca-gempa di Turki. Dari situ mulai timbul tanda tanya besar,” ujar Rina Novita dari DNA saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Kekecewaan makin dalam ketika DNA mencoba memperbaiki situasi dengan merancang konser pengganti pada Agustus 2024. Sayangnya, rencana tersebut kembali kandas akibat kurang profesionalnya investor dan event organizer (EO) yang terlibat. DNA menyebut Awakening Music tidak kooperatif dalam memberikan jadwal pasti untuk Maher Zain, meskipun pihaknya sudah mencoba menjalin komunikasi, bahkan meminta pertemuan langsung di Istanbul.
“Setelah investor awal gagal, kami dapat investor pengganti. Tapi Awakening malah tidak memberi jadwal sama sekali. Bahkan pesan kami tak dibalas. Kami merasa diboikot,” ungkap Rina.

Situasi makin tak terkendali ketika Maher Zain hadir dan tampil dalam sebuah acara di kawasan Senayan, Jakarta pada 28 Juni 2025, tanpa sepengetahuan DNA. Hal ini menjadi pukulan telak bagi pihak yang selama ini merasa telah berkontribusi besar dalam mengangkat nama Maher Zain di Indonesia sejak 2011.
“Saya ada bukti kerja sama seperti rekening, dan nama tertulis di buku Awakening Music,” tambah Rina, yang merasa langkah Awakening mengundang Maher Zain tanpa koordinasi sebagai tindakan yang menyakitkan.
DNA kini mengambil langkah hukum dengan melayangkan somasi kepada Awakening Music. Jika somasi tersebut tidak mendapat tanggapan, DNA menyatakan siap menggugat label tersebut ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Mereka juga mengimbau agar seluruh promotor, EO, dan penyelenggara acara di Indonesia tidak menjalin kerja sama dengan Awakening Music selama proses hukum berlangsung.
“Awakening Music memainkan suasana, memboikot komunikasi dengan Bu Rina, sangat disayangkan. Maher Zain seharusnya eksklusif dengan DNA. Ini ada kerugian materiil, dan imateril, reputasi DNA gagal,” tegas Hamzah Fansyuri, kuasa hukum DNA.
Pihak DNA menegaskan bahwa gugatan ini bukan tindakan impulsif, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap nilai profesionalisme dan etika kerja dalam industri hiburan Islami. Mereka mengaku sangat menyesalkan bahwa label musik yang selama ini mengusung nilai-nilai Islam justru bertindak sebaliknya dalam praktiknya.
“DNA berkomitmen untuk terus menjaga kredibilitas industri hiburan Islami yang bermartabat dan profesional,” tutup Rina Novita.
















