koranindopos.com – Jakarta. Kehebohan melanda media sosial global menjelang dimulainya konklaf, proses sakral yang akan menentukan Paus baru sepeninggal Paus Fransiskus, yang wafat pada 21 April 2025. Ribuan unggahan tentang proses pemilihan pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma memenuhi lini masa, tak hanya dari kalangan umat Katolik, tetapi juga dari netizen umum di seluruh dunia.
Topik mengenai konklaf—yang secara tradisional berlangsung secara tertutup di Kapel Sistina, Vatikan—kini menjadi perbincangan hangat di platform seperti X (dulu Twitter), Instagram, TikTok, hingga Reddit. Diskusi meliputi spekulasi nama-nama calon paus, sejarah konklaf, serta ritual unik yang dijalankan selama pemilihan berlangsung.
Tak terkecuali di Amerika Serikat, di mana pembahasan tentang konklaf bahkan menembus dunia politik. Salah satu momen paling mencolok terjadi ketika mantan Presiden Donald Trump, pada Sabtu (3/5) waktu setempat, mengunggah gambar dirinya mengenakan jubah Kepausan lengkap dengan singgasana dan gestur ikonik jari telunjuk menunjuk ke atas.
Gambar tersebut diketahui merupakan hasil kecerdasan buatan (AI), dan dengan cepat menjadi viral. Banyak yang menilai unggahan Trump sebagai candaan satir atau sindiran politik, sementara sebagian netizen lainnya menganggapnya tidak pantas mengingat konteks religius yang menyelimuti konklaf.
Namun tak bisa dipungkiri, gambar AI Trump sebagai Paus kini menjadi simbol paling viral di tengah gelombang minat publik terhadap proses pemilihan Paus baru. Reaksi netizen pun beragam—mulai dari gelak tawa, kekaguman terhadap kualitas gambar AI, hingga kritik keras terhadap pemanfaatan simbol religius untuk kepentingan pribadi atau politik.
Pertemuan resmi para kardinal Gereja Katolik dari seluruh dunia dijadwalkan dimulai pada Rabu, 7 Mei 2025, di Vatikan. Proses pemilihan ini akan berlangsung secara tertutup, dan hanya kardinal berusia di bawah 80 tahun yang berhak memberikan suara.
Masyarakat global kini menanti hasil konklaf—bukan hanya umat Katolik, tetapi juga dunia internasional yang menyadari bahwa pemilihan Paus selalu membawa dampak moral, sosial, dan bahkan politik yang luas.(dhil)