koranindopos.com – Jakarta. Perluasan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Jakarta terus menunjukkan perkembangan signifikan pada triwulan I 2024. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta mencatat bahwa volume transaksi QRIS di ibu kota mencapai 333,68 juta, tumbuh 157 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian ini turut didukung oleh momentum Ramadan dan Idulfitri yang meningkatkan penggunaan QRIS.
Pertumbuhan ini tidak hanya terlihat dari volume transaksi, tetapi juga dari jumlah pelaku usaha yang menggunakan QRIS yang mencapai 5,28 juta, naik 16 persen year-on-year (yoy). Selain itu, jumlah pengguna QRIS di Jakarta juga meningkat menjadi 5,77 juta, tumbuh 19 persen yoy.
“Capaian ini didorong optimalnya user experience melalui penyelenggaraan event dan peningkatan literasi masyarakat. Sebaran QRIS di Jakarta semakin merata dengan capaian pangsa tertinggi di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Masih terdapat peluang optimalisasi QRIS di Kepulauan Seribu, utamanya pada kawasan wisata,” ujar Arlyana Abubakar, Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta, Senin (20/5).
Arlyana menjelaskan bahwa kesiapan digitalisasi Jakarta berdampak positif terhadap pencapaian QRIS, terutama dalam aspek kesiapan digital SDM, indeks literasi digital, dan pemanfaatan teknologi. Berdasarkan Digital Competitiveness Index, kesiapan digital SDM Jakarta terus meningkat, dengan indeks literasi digital yang juga mengalami peningkatan, terutama dalam aspek keterampilan digital dan keselamatan.
Pemanfaatan teknologi di Jakarta terus meningkat hampir di seluruh aspek, seperti kesehatan dan keamanan, mobilitas dan transportasi, aktivitas masyarakat, kesempatan mencari pekerjaan, pendidikan, serta administrasi pemerintah. Kesiapan digital ini mendorong Jakarta memiliki pangsa signifikan terhadap pencapaian QRIS nasional, dengan kontribusi pengguna dan pelaku usaha masing-masing sebesar 17 persen, serta volume transaksi mencapai 34 persen.
Arlyana menambahkan bahwa selain digitalisasi transaksi pemerintah, bantuan sosial, dan transportasi, QRIS juga diperluas pada sektor-sektor utama dan potensial di Jakarta, seperti perdagangan, akomodasi dan makanan minuman (akmamin), informasi dan komunikasi (infokom), jasa kesehatan, dan jasa pendidikan. Pada transaksi pemerintah, QRIS telah dimanfaatkan untuk penerimaan pajak dan retribusi daerah, dengan rasio QRIS terhadap PAD naik menjadi 0,51 persen pada semester II-2023 dari sebelumnya 0,05 persen. Kenaikan ini mendorong peningkatan Indeks Elektronifikasi Transaksi Pemda menjadi 98,3 persen dari sebelumnya 94,8 persen.
“Penggunaan kanal penerimaan digital Pemda semakin besar atau naik menjadi 38 persen dari total pajak dan retribusi selama tahun 2023,” ungkap Arlyana.
Integrasi moda transportasi di Jakarta juga meningkatkan prospek perluasan QRIS. Beberapa moda transportasi seperti MRT, Transjakarta, LRT, Commuter Line, dan Grab kini dapat dipesan dengan tiket terintegrasi melalui aplikasi JakLingko. QRIS telah menjadi alternatif pembayaran pada aplikasi tersebut.
Arlyana menambahkan bahwa MRT sedang mengembangkan inovasi untuk pembayaran melalui Near Field Communication (NFC) sebagai salah satu metode pembayaran untuk mendorong digitalisasi transportasi ke depan. Digitalisasi perparkiran juga semakin luas, didorong oleh penggunaan Terminal Parkir Elektronik (TPE) dan aplikasi JakParkir yang memanfaatkan pembayaran nontunai untuk memesan slot parkir di Jakarta. Digitalisasi transportasi juga berkembang pada moda penyeberangan dan Bus AKAP melalui aplikasi JaketBoat dan JaketBus, yang menyediakan metode pembayaran nontunai. (dni)