koranindopos.com – Jakarta. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia pada triwulan IV tahun 2023 tetap terjaga, meskipun dihadapkan pada risiko perlambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian pasar keuangan global. Pernyataan tersebut disampaikan dalam Konferensi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Selasa (30/01/2024).
Menurut Menkeu, tahun 2024 menjadi fase penting bagi pemulihan ekonomi Indonesia yang terus berlanjut. Pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan yang solid dan terjaga menjadikan laju ekonomi domestik masih sangat resilien.
Rapat berkala KSSK pertama di tahun 2024, yang dipimpin oleh Menteri Keuangan selaku ketua KSSK, bersama dengan Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menghasilkan komitmen untuk terus memperkuat koordinasi, sinergi, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko perlambatan ekonomi dan ketidakpastian global di tahun 2024.
Menurut Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan melambat dari 3% pada tahun 2022 menjadi hanya 2,6% year on year tahun 2023, dan kembali menurun menjadi 2,4% pada tahun 2024 ini.
Di sisi lain, indikator-indikator makro ekonomi Indonesia seperti inflasi, nilai tukar rupiah, dan cadangan devisa menunjukkan stabilitas. Hal ini sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat, meningkatkan daya saing ekspor, serta mendukung stabilitas ekonomi dan keuangan Indonesia.
Memasuki triwulan keempat 2023, terlihat tanda-tanda resiliensi dari aktivitas ekonomi domestik Indonesia. Indikasi positif terlihat dari terus berlanjutnya ekspansi PMI Manufaktur Indonesia, pertumbuhan konsumsi listrik yang tinggi di sektor bisnis dan industri, serta keberlanjutan indeks keyakinan konsumen dan indeks penjualan riil yang terus terjaga. Proyeksi pertumbuhan ekonomi bertahan pada kisaran 5%, sementara angka pengangguran menurun menjadi 5,32% dan angka kemiskinan mencapai 9,36%.
Secara keseluruhan, indikator-indikator makro ekonomi menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih relatif baik, didukung oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan fiskal dan moneter yang tepat. Aktivitas konsumsi masyarakat masih kuat yang didukung dengan tingkat inflasi yang relatif terkendali. Penurunan tingkat pengangguran, serta peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang secara aktif pada tahun 2023 sebagai shock absorber yang terus menjaga daya beli masyarakat juga menjadi faktor penting.
Investasi juga mengalami tren penguatan terutama sejak triwulan 1 tahun 2023, sejalan dengan percepatan penyelesaian berbagai proyek strategis nasional.
Dengan demikian, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang kuat di tengah turbulensi global, dan langkah-langkah strategis terus diambil untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan negara. (hai)