Koranindopos.com – Jakarta. Sudah lebih dari satu dekade sejak aktor laga terkenal Henri Hendarto memutuskan untuk menepi dari dunia hiburan. Setelah tahun 2013, Hendri jarang terlihat di layar kaca atau di set film. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Ia memilih untuk fokus pada pengembangan perguruan seni beladiri yang ia dirikan, Sabung Kenki, yang menggabungkan seni beladiri Kungfu, Kempo, dan seni beladiri tradisional Indonesia, Silat.
Baginya, Sabung Kenki bukan sekadar perguruan beladiri, tetapi juga sarana untuk melestarikan budaya dan ilmu yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam perguruan ini, Henri Hendarto tidak hanya bertindak sebagai pendiri, tetapi juga sebagai pelatih utama. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya mengajar dan melatih murid-muridnya, termasuk putra bungsunya, Sultan Hakim Hendarto. Henri memiliki visi yang jelas tentang masa depan Sabung Kenki, yakni untuk memastikan bahwa seni beladiri ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan menyebar lebih luas.
“Saya mengembangkan Kenki,” ujarnya singkat namun penuh makna, menegaskan komitmennya terhadap perguruan yang telah ia bangun dari nol.
Selain membina dan mengajar, Henri juga merasa bangga dengan prestasi yang telah diraih murid-muridnya. Sabung Kenki kini telah memiliki beberapa murid yang berhasil menjuarai turnamen nasional, termasuk putranya sendiri, Sultan. “Ilmu beladiri harus dikembangkan, harus dibagikan bukan hanya untuk diri sendiri,” terang Henri. Ia meyakini bahwa ilmu yang ia miliki harus diwariskan dan tidak boleh disimpan untuk dirinya sendiri. Prinsip inilah yang menjadi dasar dari segala aktivitasnya di Sabung Kenki.
Henri tidak pernah berniat untuk memaksa putranya mengikuti jejaknya, namun ia selalu menyiapkan Sultan untuk dapat meneruskan perguruan ini di masa depan. “Ada generasi yang akan mewarisi, itu sih sebetulnya. Yang ditinggalkan bukan saja nama besar seorang aktor laga, tapi ada warisan khusus,” beber Henri. Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya bagi Henri untuk menjaga agar seni beladiri ini tetap hidup dan terus diwariskan, bukan sekadar menjadi kenangan dari masa lalu.
Prestasi Sultan dalam seni beladiri juga tidak kalah membanggakan. Sejak usia dini, Sultan telah menunjukkan ketertarikan dan kemampuan yang luar biasa dalam bidang ini. Sebagai pelajar SMA, Sultan terus berlatih dengan tekun dan semangat. “Dari dulu Sultan memang suka beladiri, dia punya semangat seperti bapaknya. Sekarang SMA latihannya makin kencang,” kata Henri, yang juga dikenal sebagai suami dari Susan . Sultan tidak hanya berbakat, tetapi juga berkomitmen penuh untuk mengembangkan kemampuannya dalam seni beladiri, mengikuti jejak ayahnya.
Sultan telah menorehkan prestasi gemilang di berbagai kompetisi. Dalam seni beladiri Kungfu Tradisional, ia berhasil meraih juara satu pada kelompok umur di Kejuaraan Nasional Aliansi Kungfu Tradisional Indonesia 2024 yang diadakan di Kuta, Bali. Sultan mewakili Provinsi Banten dan membawa nama harum perguruan Sabung Kenki. Pada tahun 2023, Sultan juga meraih juara satu pada kategori DPD. AKTI Banten di Festival Olahraga Nasional (FORNAS) VII di Bandung. Sebelumnya, pada tahun 2022, Sultan meraih juara pertama di Kejuaraan Nasional Kungfu Indonesia di Jakarta dan juga juara tiga di Black Dragon Championship.
Tak hanya itu, pada Fornas VI di Palembang tahun 2022, Sultan berhasil meraih juara pertama dalam kategori yang diikuti oleh sekitar 562 pegiat beladiri kungfu tradisional. Prestasi-prestasi ini tidak hanya membuat bangga Henri sebagai ayah, tetapi juga sebagai pelatih dan pendiri perguruan Sabung Kenki. “Dari dulu, Sultan memang suka beladiri,” ungkap Henri lagi, menekankan betapa besar peran semangat dan dedikasi dalam mencapai prestasi.
Bagi Henri, keberhasilan ini bukan hanya tentang memenangkan medali atau penghargaan, tetapi tentang melestarikan seni beladiri dan meneruskan tradisi yang telah ada selama berabad-abad. “Saya juga mengajar privat,” ucap Henri Hendarto, yang menunjukkan bahwa ia siap untuk berbagi ilmu kepada siapa saja yang berminat.
Meskipun telah lama meninggalkan dunia hiburan, nama Henri Hendarto tetap dikenang sebagai salah satu aktor laga terbaik di Indonesia. Selama tahun 1990-an hingga pertengahan 2000-an, ia membintangi berbagai sinetron populer seperti Misteri Gunung Merapi, Angling Darma, Jalan Makin Membara, dan Tutur Tinular. Kini, meski tak lagi berada di depan kamera, Henri Hendarto tetap berperan besar dalam menginspirasi dan melatih generasi muda melalui seni beladiri. Dengan dedikasi dan semangat yang tak pernah padam, Henri terus mengukir prestasi, bukan hanya sebagai aktor, tetapi juga sebagai pelatih dan pelestari seni beladiri tradisional.