koranindopos.com – Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi pada komoditas emas perhiasan terus berlanjut selama 15 bulan terakhir, sejak September 2023. Data terbaru menunjukkan bahwa pada November 2024, emas perhiasan mengalami inflasi sebesar 2,87%, dengan kontribusi terhadap inflasi umum sebesar 0,04%. Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan data ini dalam konferensi pers pada Senin (2/12/2024).
Perjalanan inflasi emas perhiasan menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Pada Oktober 2023, inflasi tercatat sebesar 0,92%, sementara pada November 2023 meningkat menjadi 2,55%. Puncaknya terjadi pada April 2024, dengan inflasi tertinggi mencapai 7,40%, diikuti oleh Mei 2024 sebesar 4,73%, dan Oktober 2024 sebesar 4,44%.
Kenaikan ini mencerminkan permintaan yang terus meningkat serta faktor eksternal seperti harga global emas dan dinamika pasar domestik. Inflasi yang konsisten ini membuat emas perhiasan menjadi salah satu komoditas dengan dampak signifikan terhadap inflasi umum.
Emas perhiasan masuk dalam kategori barang pribadi dan jasa lainnya, yang merupakan kelompok dengan kontribusi inflasi kedua terbesar pada November 2024. Kelompok ini mencatat tingkat inflasi sebesar 0,65%, dengan emas perhiasan sebagai pendorong utama.
Selain itu, emas perhiasan juga menjadi bagian dari komponen inflasi inti, yang mencatat inflasi sebesar 0,17% dengan kontribusi 0,11% terhadap inflasi keseluruhan. Komoditas lain yang turut berkontribusi dalam inflasi inti adalah minyak goreng dan kopi bubuk.
Ada beberapa faktor yang mendorong inflasi pada emas perhiasan:
- Harga Global Emas: Kenaikan harga emas dunia memengaruhi harga emas perhiasan di pasar domestik. Ketidakpastian ekonomi global dan tingginya permintaan emas sebagai investasi turut mendorong harga emas naik.
- Permintaan Domestik: Emas perhiasan tetap menjadi pilihan investasi dan simbol status sosial di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat menengah ke atas.
- Nilai Tukar Rupiah: Fluktuasi nilai tukar juga memengaruhi harga emas di dalam negeri, mengingat sebagian besar bahan baku emas masih bergantung pada pasar internasional.
Dengan tren inflasi emas perhiasan yang terus meningkat, masyarakat dihadapkan pada tantangan dalam mengelola investasi mereka. Emas perhiasan, yang selama ini dianggap sebagai instrumen investasi aman, tetap menjadi pilihan menarik meskipun harga terus naik. Namun, masyarakat diimbau untuk berhati-hati dalam membeli emas dan memastikan keasliannya.
Pemerintah dan BPS akan terus memantau tren ini untuk memahami lebih dalam dampaknya terhadap perekonomian nasional. Dengan inflasi yang konsisten, kebijakan ekonomi yang tepat akan sangat penting untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat.
Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya memahami dinamika pasar emas dan peran komoditas ini dalam memengaruhi inflasi. Bagi para investor, pemantauan harga emas secara berkala menjadi kunci dalam mengambil keputusan investasi yang bijak.(dhil)