Koranindopos.com – Jakarta. Konser “Anak Ni Raja Orkestra” kembali berhasil digelar dengan meriah di Bekasi Convention Center pada Sabtu malam, 7 Juni 2025. Acara ini bukan sekadar pertunjukan musik, melainkan selebrasi budaya Batak yang dikemas dalam bentuk orkestra modern, menggandeng musisi lintas generasi dan membawa pesan kebudayaan yang kuat.
Diinisiasi oleh dummer top Indonesia, Posan Tobing, konser ini menghadirkan sejumlah nama besar dalam dunia musik Batak seperti Rita Butar Butar, Ferdy Element, Viky Sianipar, Marsada Band, Senada Trio, hingga penyanyi muda Silvani Aritonang. Posan menekankan bahwa konser ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi media apresiasi terhadap kekayaan musikal Batak yang layak diangkat ke level lebih tinggi.
“Konser ini kami rancang sebagai acara tahunan dan dibalut dalam format orkestra. Kenapa orkestra? Karena musik Batak perlu di-upgrade agar sejajar dengan musik daerah lain, dan Viky Sianipar adalah sosok andalan saya dalam penggarapannya,” ujar Posan Tobing saat konferensi pers di Bekasi Convention Center.
Untuk pemilihan penyanyi yang tampil, Posan menyebutkan bahwa semua dipilih berdasarkan data dan tingkat permintaan penonton. Rita Butar Butar hingga Marsada Band adalah nama-nama yang paling banyak diinginkan masyarakat.
“Kami mengacu pada data. Siapa artis yang paling diminati, itu yang kami hadirkan. Dan tahun ini kami mendapatkan kesempatan luar biasa dari Bekasi Convention Center,” jelasnya.
Pemilihan Bekasi sebagai lokasi konser sempat menjadi pertanyaan besar, namun Posan menjelaskan bahwa kota ini memiliki komunitas Batak yang sangat besar dan aktif, menjadikannya tempat strategis untuk menyelenggarakan acara sebesar ini.
“Banyak yang bertanya kenapa Bekasi. Jawabannya sederhana, Bekasi adalah rumah bagi banyak orang Batak,” kata Posan.
Salah satu momen emosional dalam konser ini datang dari kehadiran Ferdy Tahier, vokalis band Element. Keterlibatannya bukan hanya karena popularitas, tapi juga dilandasi latar belakang pribadi dan kerinduan akan akar budaya Bataknya.
“Ayah saya orang Batak, dan dia ingin saya bisa berbahasa Batak. Tapi saya lahir di Bandung dan besar di Bogor, lebih terbiasa dengan logat Sunda. Saat saya diajak Posan, saya teringat keinginan ayah saya yang kini sudah tiada. Saya harap dia bisa melihat saya dari sana,” ungkap Ferdy.
Kehadiran Ferdy bermula dari pertemuannya dengan Posan di sebuah sesi podcast. Menurut Posan, ia melihat antusiasme yang besar dari Ferdy untuk terlibat dalam konser Batak, sehingga ajakan tersebut bukan keputusan spontan.
Rita Butar Butar, salah satu penyanyi senior yang tampil, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif Posan yang dianggap membawa angin segar dalam regenerasi musik Batak.
“Sebagai penyanyi Batak, saya bangga dengan adanya Posan. Dulu ada Viky Sianipar, dan sekarang muncul penerusnya. Kami sangat mendukung, dan saya pribadi sangat senang bisa terlibat,” ujarnya.
Senada dengan itu, Viky Sianipar juga menyampaikan kebanggaannya melihat musik daerah kini mulai punya ekosistemnya sendiri. Menurutnya, musik Batak sudah bisa berkembang tanpa harus bergantung pada industri musik nasional.
“Musik daerah, termasuk Batak, kini punya dunia sendiri. Sudah mandiri, tidak perlu lagi terlalu mengandalkan industri pusat. Dan saya senang ada adik saya, Posan, yang siap melanjutkan misi ini,” ungkap Viky.
Konser tahun ini juga mengalami sejumlah peningkatan dibandingkan edisi sebelumnya. Salah satunya adalah penambahan elemen karpet merah yang dikurasi oleh Putri Indonesia asal Sumatera Utara, sebagai bentuk penghargaan bagi penonton yang datang dengan semangat budaya.
“Penonton banyak yang minta agar ada karpet merah, karena mereka datang sudah berdandan maksimal. Jadi tahun ini kami wujudkan itu,” jelas Posan.
Konser “Anak Ni Raja Orkestra” di Bekasi bukan hanya sukses secara teknis dan penonton, tetapi juga berhasil menjadi jembatan antara warisan budaya dan generasi masa kini. Kolaborasi antara musisi senior dan generasi baru menunjukkan bahwa musik Batak tetap relevan dan berkembang dengan semangat zaman.