koranindopos.com – JOGJA. Meskipun proses belajar tatap muka tak mengalami gangguan lagi pasca pandemi Covid-19, penggunaan teknologi pendidikan untuk pembelajaran jarak jauh tetap relevan dan perlu diteruskan.
Sekolah perlu menerapkan sistem pembelajaran hibrida, memadukan tatap muka dan meneruskan praktik-praktik baik dalam pembelajaran jarak jauh, sehingga bisa memperkaya pengalaman belajar.
Peneliti dari Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Amelinda Pandu Kusumaningtyas, menuturkan upaya menuju sistem pembelajaran hibrida dengan memanfaatkan teknologi pendidikan bersifat urgen sebab banyak manfaat yang bisa dipetik.
”Sistem pembelajaran hibrida mendorong pengalaman belajar yang lebih imersif bagi siswa. Bahan ajar lebih menarik dan kelas lebih interaktif dan kolaboratif,” ungkapnya dalam Digital Expert Talk bertajuk Masa Depan Pendidikan Hybrid di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19 di Jakarta pada Rabu (22/2/2023).
Amelinda menambahkan, sistem pembelajaran hibrida juga memungkinkan personalisasi sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Bagi tenaga pendidik, mereka dapat membuat materi ajar yang lebih mudah diakses kapan saja, termasuk saat siswa tidak bisa hadir di sekolah.
Dia menuturkan, sistem pembelajaran hibrida bisa meningkatkan kualitas talenta digital. Ke depannya, hal ini dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul.
Direktur Sekolah Menengah Pertama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, I Nyoman Budi Kurniawan juga menuturkan sistem pendidikan hibrida dengan dukungan teknologi juga selaras dengan cita-cita kurikulum Merdeka Belajar.
”Kta sudah rancang Kurikulum Merdeka Belajar yang punya enam visi. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, kreatif, mandiri, dan berpikir kritis. Teknologi digital mendorong gotong royong atau kolaborasi,” ungkapnya.
Ia mengatakan, Kemendikbudristek telah memberikan bantuan peralatan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) ke berbagai satuan pendidikan di Indonesia untuk mendukung pembelajaran yang kaya dan aman. Selain itu, pihaknya juga sudah memberikan 40 juta akun Belajar.id kepada guru dan siswa sehingga mereka bisa menggunakan sejumlah perangkat pembelajaran digital.
”Kita siapkan aplikasi-aplikasi. Macam-macam, banyak. Siswa bisa menyiapkan kolaborasi dengan aplikasi yang ada seperti Google Meet. Tantangan kita saat ini adalah mengoptimalkan penggunaannya,” jelasnya. (rpk/mmr)