koranindopos.com, Surakarta – Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer (Noel), mengajak seluruh pemangku kepentingan industri tekstil untuk bersatu dan bergerak cepat menghadapi krisis yang membayangi sektor padat karya ini.
Dalam acara Silaturahmi dan Halalbihalal “Bersatu Bangun Indonesia” bersama Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), di Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (11/4/2025), ia menegaskan bahwa tanda bahaya bagi industri tekstil Indonesia telah menyala dan butuh respons yang konkret.
“PHK massal, tutupnya pabrik besar, dan anjloknya daya saing harus dijawab dengan strategi yang tidak biasa-biasa saja,” tegas Wamenaker.
Ia memaparkan tujuh tantangan utama sektor TPT (Tekstil dan Produk Tekstil), mulai dari ketergantungan impor bahan baku, tingginya biaya produksi, hingga minimnya investasi riset dan pendidikan vokasi. Namun, di balik tantangan tersebut, menurutnya tersimpan peluang besar jika semua pihak dapat bersinergi.
“Kita tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan kebijakan yang konsisten dan adaptif agar target pertumbuhan industri tekstil hingga 8% dalam lima tahun bisa tercapai,” ujarnya, merujuk pada visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabumingraka.
Wamenaker juga menekankan pentingnya program pelatihan ulang dan jaminan sosial seperti JKP (Jaminan Kehilangan Pekerjaan) untuk para pekerja terdampak PHK, sebagai bagian dari solusi jangka pendek.
“Melalui halalbihalal ini dapat jadi momentum refleksi dan seruan untuk kembali menguatkan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam membangkitkan industri tekstil nasional,” kata Wamenaker.
Selain mengikuti acara yang digelar bersama Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Badan Pengurus Jawa Tengah, Wamenaker juga hadir pada Halalbihalal Garment & Textile Solo Raya. (rls)