ISU politik di dalam negeri mulai memanas. Pelaksanaan Pilpres dan Pileg 2024 yang menyisakan waktu sekitar delapan bulan lagi ternyata telah menghadirkan atmosfer berbeda di ruang publik. Media sosial mulai dibanjiri perbincangan tentang kontestasi yang berisi dukungan. Tak sedikit pula bernada serangan dan makian. Perbincangan dalam interaksi sosial pun tak kalah ramai. Tempat-tempat nongkrong mulai diwarnai dengan obrolan seputar sanjungan maupun cibiran.
Dari berbagai tema seputar Pilpres 2024, isu penjegalan Anies Baswedan yang paling ramai diperbincangkan. Bacapres yang diusung NasDem, PKS, dan Demokrat itu ramai dirumorkan tidak akan melenggang ke panggung Pilpres 2024. Variabel yang menguatkan rumor itu pun setiap saat selalu bermunculan dan bak puzzle yang satu sama lain saling melengkapi. Mulai dari kasus dugaan korupsi Formula E yang terus ditembakkan ke arah Anies Baswedan, hingga nasib Demokrat yang saat ini berproses di Mahkamah Agung (MA).
Kasus Formula E, misalnya. Kasus ini rumornya telah menjadi topik serius di internal penyidik dan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam sebuah acara talkshow di MetroTV, Andy F. Noya yang menjadi pembawa acara secara terbuka bertanya kepada Anies tentang kasus tersebut. Dia juga menyinggung pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD yang mengatakan bahwa KPK sebenarnya hendak memeriksa Anies kembali, tapi urung dilakukan karena khawatir terjadi gejolak di kalangan pendukung penggagas program Indonesia Mengajar itu. Beberapa pihak bahkan mulai ‘meramalkan’ bahwa nama Anies tidak akan terpampang di panggung Pilpres 2024.
Cara lain yang dirumorkan untuk menjegal Anies adalah melalui pencopetan -istilah politisi PPP Muhammad Romahurmuziy alias Romi- Partai Demokrat oleh kubu Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko. Jika Peninjauan Kembali (PK) yang diajukan kubu Moeldoko dikabulkan MA, maka riwayat Anies menuju Pilpres 2024 diprediksi berakhir. Sebab, Moeldoko yang merupakan orang dekat Presiden Jokowi tak mungkin memberikan tiket partainya ke Anies. Sedangkan jumlah kursi NasDem dan PKS di DPR RI tak memenuhi ambang batas 20 persen perolehan suara nasional sebagai syarat mengusung calon presiden.
Dua skenario penjegalan inilah yang semakin ramai diperbincangkan publik. Masyarakat terutama pendukung Anies mulai waswas terhadap ‘pencopetan’ Demokrat dan ‘kriminalisasi’ Anies oleh KPK. Ekspresi kekesalan pendukung Anies di media sosial ditunjukkan dengan menyudutkan pihak-pihak yang dianggap ‘musuh’ Anies. Sekaligus berdoa semoga Allah SWT membantu mantan rektor Universitas Paramadina itu tetap tangguh menghadapi ujian politiknya. Anies pun di berbagai kesempatan hanya meminta sambungan doa pada pendukung dan kelompok relawan agar jalannya menuju Pilpres 2024 dilapangkan Allah.
Tak ada orang yang tahu seperti apa akhir dari cerita dan drama penjegalan Anies ini. Namun, masyarakat awam yang tak punya kuasa di tingkat elite hanya bisa berharap semoga takdir demokrasi yang Allah gariskan untuk bangsa ini masih dinikmati dengan suka cita. Takdir yang memberikan ruang kepada semua anak Republik ini untuk tampil dalam kontestasi politik. Tidak ada yang dihalang-halangi dan dijegal dengan cara-cara busuk. Presiden Jokowi yang kepemimpinannya disanjung mayoritas rakyatnya harus membuktikan bahwa dia memang pemimpin sejati. Pemimpin yang mementingkan masa depan bangsa di atas kepentingan diri dan partainya. Semoga.(*)